Senin, 29 Agustus 2016

Bukan karena perkara nafsu

Wahai kau ikhwan yang berniat untuk menjadikanku belahan jiwamu,
Bolehkah aku kupertanyakan keseriusanmu padaku?

Sudah seberapa yakinkah hatimu untuk memilihku?
Apakah kau benar-benar sudah memikirkan perkara ini?
Tak takutkah aku yang kau cintai, kelak akan berpaling darimu atau bahkan menghianati dan meninggalkanmu?
Tak takutkah aku yang kau sayangi ini, bila ternyata tak juga memiliki kesungguhan hati yang sama sepertimu?
Tak takutkah aku yang ingin kau jadikan sebagai istri ini, ternyata tak mampu menjadi istri seperti apa yang kau inginkan?
Maka apakah keputusanmu itu?
Sudah siapkah bila semua itu kelak benar kulakukan dan ternyata terjadi padamu?
Fikirkanlah lebih dulu sebelum kau menyesali hal itu

Bila memang kau merasa sudah yakin akan pilihan dan keputusanmu, walau hal apapun kelak terjadi padamu
Bolehkah kutanyakan kembali, sudah sejauh manakah usahamu untuk menghalalkanku?
Mengapa sampai saat ini kau tidak juga datang menemui ayahku?
Perkara apakah yang membuatmu tak juga mewujudkan keinginanmu itu?
Apakah mungkin belum tumbuh niat dalam hatimu?

Jangan terlalu lama membuatku menunggu,
Karena yang kubutuhkan hanyalah kepastian darimu
Bukan hanya sekedar janji manis, atau rayuan yang belum juga kau wujudkan
Bukan hanya sekedar ucapan yang kubutuhkan, tetapi bukti kenyataanlah yang kuinginkan
Jangan memberiku harapan bila tak juga kau buktikan

Jika memang benar sudah yakin untuk memilihku,
Jika memang sudah tumbuh niat untuk menghalalkanku,
Lekaslah datang untuk meminta restu pada ayahku
Dan segeralah kau halalkan aku untuk kau jadikan istrimu
Jangan kau fikirkan resepsi pernikahan
Yang terpenting, aku lekas kau halalkan
Jangan kau fikirkan mahar seperti apa dan sebesar apa
Sebab aku takkan memberatkanmu dengan meminta kilauan berlian dan permata
Dan karena yang kudamba hanyalah sebuah kata "sah" saat kau ucapkan janji suci kepada Allah SWT,
Serta kita berdua mampu membangun bahtera cinta dalam sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan wa rahmah
Bukan karena perkara nafsu yang ingin membuatku segera menikah
Namun aku tak ingin menjadikan dosa diantara kita

 

Senin, 22 Agustus 2016

Right Decision or Wrong Decision




Right Decision or Wrong Decision
 
Bagi aku, Hidup itu adalah sebuah keputusan. Dan setiap keputusan yang kita pilih memiliki konsekuensi yang harus kita terima dan kita jalani. Dalam setiap keputusan yang telah diputuskan ada banyak hal yang akan terjadi dan kita tak tau apa hal terburuk yang akan kita hadapi di setiap keputusan kita.


Aku,
 Diusiaku yang terbilang sangat muda.
Diusiaku yang masih menginginkan banyak hal seperti orang lainnya,
Diusiaku yang masih menginginkan berpetualang,
Diusiaku yang masih belum bisa bersikap dewasa
Aku memutuskan untuk menikah.


Aku bukan wanita yang masih berusia dibawah 17 tahun saat ini.
Aku pun akan menikah disaat usiaku 24 tahun 17 september nanti
Usiaku terbilang sangat cukup untuk menikah, bahkan sangat siap untuk menikah. Mungkin lebih tepatnya Usia yang Pas.
Lantas mengapa aku bilang aku sangat muda?
Bagiku, aku menikah diusiaku yang masih muda dan belum dewasa.

Disaat dunia sekitarku sibuk dengan hobbi dan kesibukannya masing-masing. Dunia teman temanku yang masih sibuk menyelesaikan studinya atau bahkan meningkatkan studinya kejenjang lebih tinggi, ada pula yang sibuk mencari destinasi perjalanan keliling negeri atau luar negeri demi menambah pengalamannya, juga masih banyak teman teman ku yang mengejar karrir dan bersaing demi mencari uang sebanyak-banyaknya.
Tapi yang aku tau, Mereka dengan kesibukannya masing masing memiliki 1 tujuan, mereka sama sama mencari 1 hal yaitu kebahagiaan.

Lantas aku memutuskan untuk menikah demi mencapai tujuanku yang sama seperti mereka yaitu BAHAGIA

Terlintas dibenakku, Apakah ada jaminan ketika menikah dengan orang yang kau pilih kau akan bahagia?
Apakah ada jaminan ketika kau memutuskan untuk menikah kau akan menjalani kehidupan yang lebih berbahagia?
Apakah ada jaminan dengan memilih pernikahan sebagai langkah selanjutnya dihidupmu, bisa membuatmu lebih bahagia?

Dengan yakin aku menjawab TIDAK ADA jaminan apapun, dan bahkan TIDAK ADA yang bisa menjaminnya.

Right decision or Wrong Decision??

Disinilah sisi ujian yang sebenarnya, Aku belum memulainya, aku bahkan belum menginjak pintu pernikahan yang sesungguhnya
Namun aku bertekad inilah Pilihannku.
Salahkah? Atau benarkah? Itu adalah konsekuensi ku dalam menjalaninya.
Aku harus bersiap siap dan menyiapkan.


Bisa saja aku memilih melanjutkan karirku, cita-citaku, dan menyiapkan masa depan yang cemerlang
Bisa juga aku memilih seperti biasanya, bekerja dan berliburan
Bisa juga aku memilih melanjutkan kuliahku.

Tapi dengan yakin aku memilih untuk menikah.
Semua pilihan itu terhapuskan seketika,
Benakku berfikir, dengan menikah aku sudah menggenapkan setengah imanku
Dengan menikah aku lebih mudah menggapai surgaku

Semuanya terlintas begitu saja

Apalagi sih yang mau aku cari???

Bahagia
Aku hanya ingin bahagia
Dengan memilihmu apapun resikonya aku hanya ingin bahagia
Dengan memilihmu apapun rintangannya aku hanya ingin menggapai surgaku melalui jalan pintas melalui ridho-Nya