Apakah persepsimu tentang ulang tahun?
-
adalah saat gue bebas minta hadiah apa aja sama orang tua. Biasanya sih bakal
dikabulkan. Hal-hal yang di hari biasa gue gak berani meminta, di hari ulang
tahun gue berani mengatakannya. Misalnya aja gue minta HP baru, tas baru,
sepeda, motor, atau apa saja.
-
adalah saat gue digelontorin beribu doa dan harapan. Pokoknya doa yang
baik-baik, deh! Ada yang ngedoain panjang umur, murah rezeki, enteng jodoh,
tambah sukses, tambah keren, tambah kaya.... Gue sih aminin aja.
-
adalah saat gue takut ke sekolah. Soalnya, suka dikasih kejutan macam-macam.
Tahun kemarin diceplokin telur sama ditepungin teman-teman begitu masuk
gerbang. Untungnya si pembuat rencana masih berbaik hati dengan sekaligus
menyediakan baju ganti. Tahun kemarinnya diceburin ke kolam renang. Tahun
kemarinnya lagi tiba-tiba ditagih tagihan gak kira-kira dari rumah makan cepat
saji. Temen gue satu kompi booking tempat atas nama gue. Blaik...!
-
adalah tempat gue diam sejenak, merenung atas hidup saya setahun lalu,
menghitung pencapaian yang telah saya lakukan, menghitung lubang kegagalan yang
saya gali akibat mengabaikan kesempatan. Saya menghitung berapa banyak relasi
dan sahabat baru yang saya dapat, serta berapa yang hilang akibat saya ceroboh
tidak bisa membina komunikasi.
Tidak Ada Tahun Terulang
Adakah waktu yang terulang? Adakah tahun
yang kembali pulang setelah perginya? Waktu yang kita alami hari ini,
mungkinkah perulangan dari waktu yang telah lalu? Ataukah akan berulang lagi
tahun depan?
Sesungguhnya tidak ada waktu terulang.
Waktu seperti gerbong-gerbong kosong yang berjalan sepanjang usia. Terserah kau
akan mengisi gerbong kosong itu dengan apa. Di ujung stasiun (yaumul hisab) itulah
seluruh gerbong akan dibuka, dihitung isinya. Seperti kotak hitam pesawat, ia
merekam seluruh kita.
Jadi, adakah ulang tahun? Jika dalam
persepsi ini adalah tahun yang terulang, maka itu tak ada. Tapi, ulang tahun
adalah penanda bagi perjalanan yang telah kita tempuh. Berapa banyak usia telah
kita habiskan, berapa yang tersisa. Berapa nilai telah kita investasikan di
dalamnya.
Rasulullah Berulang Tahun?
Bagi kita, tak asing istilah Maulud Nabi,
hari kelahiran Rasul mulia. Kita memperingatinya, baik yang dapat undangan
maupun enggak (lha!). Lalu, apakah itu berarti Rasul mengajarkan untuk
merayakan ulang tahun?
Sejarah maulid itu sendiri tak lepas dari
peran Sang Pembebas Al Quds, yakni Shalahudin Al Ayyubi. Saat itu, Al Aqsha dan
Palestina berada dalam cengkeraman rezim kufar. Kemuliaan kiblat pertama itu
diinjak-injak dengan berbagai pengingkaran dan penghinaan terhadap syariat.
Keresahan Khalifah Shalahuddin saat itu
bukan pada kekuatan tentara kufar yang mengangkangi tanah kebanggaan dan izzah
Islam, tapi pada kenyataan bahwa umat Islam tak memiliki fighting spirit yang
layak. Mereka begitu mudah pasrah dan menyerah, tak memiliki mimpi atas
kemuliaan. Mereka lupa bahwa sejarah diukir oleh orang-orang yang gigih
berjuang, kuat menderita, tahan lapar, tak henti mencari peluang dan
memanfaatkan sebaik mungkin, tidak mengenal lelah, dan memiliki cita-cita
tinggi.
Lalu, Shalahuddin menggaungkan perayaan
maulud untuk membangkitkan kerinduan pada Rasulullah, semangat mengikuti garis
perjuangannya. Upaya itu terbukti mampu mendongkrak semangat juang umat Islam.
Dan hasilnya, Shalahuddin mampu membawa umat membebaskan Palestina dan masjid
agung Al Aqsha!
Ulang Tahun, Boleh Gak, Sih?
Jangan-jangan, hukumnya haram!
Beberapa pendapat kontemporer menganjurkan
tidak merayakan ulang tahun, karena dinilai banyak mudharatnya. Gimana nggak
mudharat kalau ngerayainnya dengan cara bikin party gila-gilaan? Ingat ulang
tahun Agnes Monica yang menelan biaya di atas 2 M? Ini termasuk
berlebih-lebihan. Sedangkan berlebih-lebihan itu temennya syetan. Belum lagi
dengan acara-acara yang nggak jelas juntrungan; ngedugem, campur-baur laki-laki
perempuan, khamr, dan sederet perilaku yang dilarang! Kadang-kadang, ulang
tahun kita jadikan alasan untuk ngerjain orang lain, keisengan, bahkan sampai
pada taraf yang berlebihan. Seperti kasus diceplokin telur itu kan gak
kira-kira namanya.
Ulang tahun seharusnya menjadi momentum
untuk bermuhasabah. Inilah cara cerdas melewati hari ulang tahun. Hari untuk
kilas balik, review apa yang telah kita lakukan, sebelum direview di hari
pembalasan.
Ulang tahun juga seharusnya menjadi
momentum untukmu mengungkapkan cinta pada orang-orang yang kaucintai. Sahabat,
orang tua, saudara, atau siapa saja! Asalkan mengungkapkan cintanya dengan cara
yang benar dan kepada orang yang benar. LOOK tidak menganjurkan yang di luar
itu; kepada pacar, misalnya. (Pacar? Pacar makan tanaman, kaleee!)
So, jadikan ulang tahun sebagai momentum
bermakna, bukan hura-hura yang tak jelas juntrungannya. (Suluh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar