BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti
“menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang.
Wlodkowski ( 1985 ) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan
atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (
persistence ) pada tingkah laku tersebut ( behaviorisme ).
Sedangkan Imron ( 1996 ), menjelaskan motivasi berasal dari bahasa
inggris motivation, yang berarti dorongan dan motivasi. Kata kerjanya
adalah to motivate, yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang.
Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak ( Echols, 1984 dalam
Imron, 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu
tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang
diinginkan ( Suryabrata, 1984 )
Motivasi juga dapat di jelaskan sebagai “tujuan yang ingin di capai
melalui perilaku tertentu ” ( Cropley, 1985 ). Winkels ( 1987 ) mengemukakan
bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Pengertian ini
bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan di
peroleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Ames dan ames ( 1984 ) menjelaskan motivasi dari pandangan
kognitif. Menurut pandangan ini motivasi didenifisikan sebagai perspektif yang di miliki seseorang mengenai
dirinya sendiri san lingkungannya.
Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah
diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai
motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk
mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti
yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah
kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar
tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat
lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan
di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames:
1990).
Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah
suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat
ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang
ditimbulkan motif tersebut.
Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau
status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau
hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi
menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan
memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan
mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat
kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku
seseorang.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004
: 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat,
tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni : (1) faktor pendorong
atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin
dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
1.2 Jenis Motivasi
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi
sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri
seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik sedangkan faktor di luar diri
disebut ekstrinsik.
Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan
pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan.
Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, yang
berasal dari luar diri seseorang misalnya pemberian pujian, pemberian nilai,
pemberian hadiah dan bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor
lain yang kompleks.[1]
Dan dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang lebih kuat di
banding faktor ekstrinsik. Hal ini terjadi karena faktor ekstrinsik bisa saja
justru mengakibatkan daya motivasi seseorang berkurang ketika faktor ekstrinsik
tersebur mengecewakan.
Menurut Winkel (1996), Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan untuk
melakukan sesuatu dengan tujuan memperoleh sesuatu yang lain (sebagai alat
mencapai tujuan akhir). Motivasi ekstrinsik biasanya sering dipengaruhi oleh
insentif eksternal seperti hadiah dan hukuman. Contoh: seorang siswa belajar
dengan keras untuk ujian agar dapat memperoleh nilai bagus di sekolah.
Sejalan dengan pendapat Winkel (1996) yang menggolongkan motivasi
belajar yang bersifat ekstrinsik, seperti: belajar demi memenuhi kewajiban,
belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh
hadiah material yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan gengsi sosial,
belajar demi memperoleh pujian dari orang penting, belajar demi tuntutan
jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang
atau golongan administratif.
Menurut Winkel (1996) dalam motivasi yang bersifat ekstrinsik,
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri.
Selanjutnya Winkel (1996) juga menyatakan bahwa motivasi belajar ekstrinsik
bukanlah bentuk motivasi yang secara langsung dapat diidentikkan berasal dari
luar siswa. Oleh karena motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan
yang dihayati oleh orangnya sendiri, biarpun orang lain mungkin memegang
peranan dalam menimbulkan motivasi itu. Kekhasan motivasi belajar ekstrinik
bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan
yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi melalui belajar atau
sebetulnya juga dapat dipenuhi dengan cara lain.[2]
Sedangkan Motivasi Instrinsik adalah keterlibatan motivasi internal
dari individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan keinginannya sendiri. Contoh:
seorang siswa belajar keras untuk ujian karena dia menyukai pelajarannya. Hasil
penelitian menyarankan perlu dibangun iklim kelas yang baik untuk dapat
memotivasi siswa secara instrinsik.
Siswa lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka diberikan pilihan
dan menerima hadiah yang mengandung nilai informasional, tetapi fungsi hadiah
tersebut tidak untuk mengontrol perilaku. Contoh: pujian (Santrock, 2008).
Dalam motivasi yang bersifat intrinsik, biasanya orang lain juga
memegang peranan, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan
antara belajar dengan menjadi orang yang berpengetahuan.
Sardiman (2001), menjelaskan hal- hal yang dapat menimbulkan
motivasi intrinsik adalah :
1) Pengetahuan tentang
kemajuannya sendiri
Siswa yang mengetahui hasil prestasi sendiri menyadari apakah
dirinya mengalami kemajuan atau kemunduran dalam belajarnya. Siswa yang
mendapatkan nilai kurang bagus akan terdorong untuk lebih giat belajar lagi
agar mendapat nilai yang lebih baik. Sebaliknya, siswa yang mendapat nilai baik
akan terdorong untuk mempertahankan prestasi yang telah dicapai.
2) Cita-cita
Seseorang yang mempunyai cita-cita akan terdorong untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki. Cita-cita siswa digunakan sebagai pemacu dalam hal
belajar.
3) Kebutuhan
Adanya kebutuhan tertentu mendorong siswa untuk berbuat dan
berusaha dalam mencapai tujuan tertentu.[3]
2.3 Sumber Motivasi
Yang menjadi Sumber motivasi seseorang menurut Abraham H. Maslow
dalam bukunya yang berjudul “Motivation
and Personality” memberikan pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya kebutuhan
manusia dapat di klasifikasikan pada lima kebutuhan dasar manusia, yaitu :
1.
Kebutuhan
fisiologis ( physiological needs )
2.
Kebutuhan
akan keamanan dan rasa terjamin ( safety or security needs )
3.
Kebutuhan
sosial ( social needs )
4.
Kebutuhan
ego ( esteem needs )
5.
Kebutuhan
aktualisasi diri ( self- actualization )
Menurut teori kebutuhan ini, setiap manusia bertindak senantiasa di
dorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan tersebut
senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan di mulai dari tingkat yang paling
dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut
Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah di penuhi, maka
kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta di penuhi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut yang menuntut pemenuhan tersebut di
pandang sebagai motivator aktif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya
menjadi strongest need. Oleh karena itu kebutuhan manusia tersebut secara
berjenjang dan terus-menerus minta di penuhi.
Namun jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, tidak
dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level
sebelumnya, dan tidak ada peningkatan.
Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk
meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar.
Seseorang yang kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya
sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan bisa frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, karena
dalam prakteknya tidak sedikit orang termotivasi melakukan sesuatu yang
konstruktif ( aktualisasi diri ) meski kebutuhan-kebutuhan sebelumnya belum
terpenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran
Motivasi
pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting
dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :
A.
menentukan
hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar,
B.
memperjelas
tujuan belajar yang hendak dicapai,
C.
menentukan
ketekunan belajar.[4]
a.a Peran
Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi
dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar
dihadapkan pada suatu masalah yan memerlukan pemecahan, dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. sebagai contoh:
seorang anak akan memecahkan materi
matematika dengan bantuan tabel logaritma.Tanpa bantuan tabel tersebut anak
itu tidak dapat menyelesaikan tugas
matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
Peristiwa
di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk
seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar
sesuatu. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan
anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami
suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau
keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu
tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari,
melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat
apa pun yang berada paling dekat dengan siswa dilingkungannya.
b.b Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran
motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan
belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu
sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai
contoh: anak akan termotivasi belajar elektronika karena tujuan belajar
elektronika itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronika. Dalam
suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak,
dan berkat pengalamannya dari bidang elektronika, maka radio tersebut menjadi
baik setelah diperbaikinya. dari pengalaman itu, anak makin hari makin
termotivasi belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dar belajar
itu.
c.c Motivasi Menentukan Ketekunan
Belajar
Seorang
anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya
dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini
tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.[5]
Beberapa
penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa motivasi sebagai faktor
yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Tokoh-tokoh
pendidikan seperti Mc Clelland ( 1987 ), Bandura ( 1977 ), Bloom ( 1980 ),
Weiner ( 1986 ), Fyans dan Maerh ( 1987 ) melakukan berbagai penelitian tentang
peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam
studi yang di lakukan Fyans dan maerh ( 1987 ), bahwa di antara tiga faktor
yaitu ; Latar belakang keluarga, kondisi/konteks sekolah dan motivasi, faktor
yang terkahir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar.
Walberg dkk ( 1983 ), menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara
11-20% terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati ( 1990 ),
menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan Mc Celland
menunjukkan bahwa motivasi berprestasi ( achievement motivation ) mempunyai
kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar.
2.2 Model
Motivasi ARCS
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban
pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi dan hasil belajar.[6]
Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan
teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen
yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar
berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller
dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu
adalah Attention ( perhatian ), Relevance ( Relevansi ) , Confidence (
kepercayaan diri ) dan Satisfaction ( Kepuasan ) dengan akronim ARCS (Keller
dan Kopp, 1987: 289-319).[7]
Model ARCS adalah model yang terkenal dalam
bentuk instruksi yang digunakan secara meluas. Dalam proses belajar dan
pembelajaran keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekkan
untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa terpelihara selama proses belajar
dan pembelajaran berlangsung.[8]
Models ARCS mengenal pasti empat komponen
strategi yang penting untuk memotivasikan instruksi:
·
[A]ttention / Perhatian - strategi untuk
memberangsang dan mengekalkan rasa ingin tahu dan minat
Ada beberapa
strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yakni :
v Gunakan metode penyampaian yang bervariasi,
v Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran,
v Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran,
v Gunakan peristiwa nyata, anekdot, dan contoh-contoh untuk
memperjelas konsep yang di utarakan
v Gunakan tekhnik bertanya untuk melibatkan siswa.
·
[R]elevance / Perkaitan - strategi untuk
menghubungkan keperluan, minat dan motif pelajar.
Ada tiga strategi yang bisa di gunakan untuk menunjukkan
relevansindalam pembelajaran :
v Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah
mempelajari materi pembelajaran
v Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan di pelajari
v Berikan contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan
kondisi siswa atau profesi tertentu.
·
[C]onfidence / Keyakinan - strategi untuk
membantu pelajar membangunkan jangkaan positif untuk kejayaan pencapaian
pembelajaran
Ada sejumlah
strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri :
v Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak
pengalaman berhasil
v Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil,
sehingga siswa tidak di tuntut mempelajari konsep sekaligus
v Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan
untuk berhasil
v Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di
tangan siswa
v Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan
pernyataan-pernyataan yang membangun
v Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar siswa
mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
·
[S]atisfaction / Kepuasan - strategi untuk
membekalkan pengukuhan ekstrinsik dan instrinsik. (Keller, 1983)
Ada sejumlah
strategi untuk mencapai kepuasan, yakni :
v Gunakan pujian secara verbal, umpan balik dan informatif, bukan
ancaman atau sejenisnya
v Berikan kesempatan kepada siswwa untuk segera menggunakan atau
mempraktekkan pengetahuan yang baru di pelajari
v Minta kepada siswa yang telah mengusai untuk membantu
teman-temannay yang belum berhasil
v Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu
dengan suatu standar tertentu bukan dengan siswa lain.
2.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri
seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
1. Faktor Ekstern
·
Lingkungan
kerja
·
Pemimpin
dan kepemimpinannya
·
Tuntutan
perkembangan organisasi atau tugas
·
Dorongan
atau bimbingan atasan
2. Faktor Intern
·
Pembawaan
individu
·
Tingkat
pendidikan
·
Pengalaman
masa lampau
·
Keinginan
atau harapan masa depan.
Sumber lain mengungkapkan, bahwa didalam motivasi itu terdapat
suatu rangkaian interaksi antar berbagai faktor. Berbagai faktor yang dimaksud
meliputi :
a) Individu
dengan segala unsur-unsurnya : kemampuan dan ketrampilan, kebiasaan, sikap dan
sistem nilai yang dianut, pengalaman traumatis, latar belakang kehidupan sosial
budaya, tingkat kedewasaan, dsb.
b) Situasi
dimana individu bekerja akan menimbulkan berbagai rangsangan: persepsi individu
terhadap kerja, harapan dan cita-cita dalam keja itu sendiri, persepsi
bagaimana kecakapannya terhadap kerja, kemungkinan timbulnya perasaan cemas,
perasaan bahagia yang disebabkan oleh pekerjaan.
c) Proses
penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-masing individu terhadap
pelaksanaan pekerjaannya.
d) Pengaruh
yang datang dari berbagai pihak : pengaruh dari sesama rekan, kehidupan
kelompok maupun tuntutan atau keinginan kepentingan keluarga, pengaruh dari
berbagai hubungan di luar pekerjaan
e) Reaksi
yang timbul terhadap pengaruh individu
f) Perilaku
atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu
g) Timbulnya
persepsi dan bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan tujuan
2.3
Upaya-upaya Memotivasi Dalam Belajar
Ali Imron (1996) mengungkapkan ada 4 upaya yang dapat dilakukan
oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu:
1.
mengoptimalkan
penerapan prinsip-prinsip belajar
2.
Mengoptimalkan
unsur-unsur dinamis pembelajaran
3.
Mengoptimalkan
pemanfaatan upaya guru dalam mengajarkan siswa juga menjadi faktor yang
mempengaruhi motivasi
4.
Mengembangkan
aspirasi dalam belajar
Ada sejumlah prinsip-prinsip belajar yang harus dioptimalkan
sebagai upaya untuk memotivasi dalam belajar, prinsip –prinsip tersebut adalah:
prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan belajar,
rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan penguatan, dan prinsip
perbedaan individual antar pembelajar.
Optimalisasi pengalaman maupun kemampuan siswa juga perlu dilakukan
untuk memotivasi siswa.
Hal
ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
·
biarkan
siswa menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya
·
Kaitkan
pengalaman belajar saat ini dengan penglaman masa lalu siswa
·
Lakukan
penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki siswa
·
Beri
kesempatan siswa untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Cita-cita dan aspirasi juga penting dikembangkan sebagai upaya
dalam memotivasi belajar si siswa. Setidaknya ada tiga langkah yang perlu
dilakukan :
·
Kenalilah
aspirasi dan cita-cita si siswa
·
Komunikasikanlah
hasil pengenalan tersebut kepada siswa dan orang tuanya
·
Buatlah
program-program yang dapat pengembangan cita-cita dan aspirasi siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere” yang berarti
“menggerakkan” wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi
yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut
pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Motivasi debedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi interinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam
individu tanpa adanya ransangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik
motivasi yang berasal dari luar, misalnya pujian.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang , keller(1983) telah
menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran. Yang disebut ARCS model yakni Attention (perhatian),
Relevance (relevansi) confidence (kepercayaaan diri) dan satisfaction
(kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran ke empat kondisi motivasi tersebut sangat penting
diperaktekan untuk terus dijaga sehingga motivasi siwa terpelihara selama
proses belajar berlangsung.
Optimalisasi
pengalaman maupun kemampuan pembelajaran juga perlu dilakukan untuk memotivasi
siswa. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
·
biarkan
siswa menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya
·
Kaitkan
pengalaman belajar saat ini dengan penglaman masa lalu siswa
·
Lakukan
penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki siswa
·
Beri
kesempatan siswa untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Imron
Ali ( 1996 ), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Prasetya
Irawan dkk ( 1997 ), Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar,
Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti Depdikbud.
Wlodkowski,
R.J. (1981). Making sense our of motivation: A systematic model to consolidate
motivational constructs across theories. Educational Psychologist, 16(2),
101-110.
Daci, E.L.: intrinsic motivation. New York: Plennum, 1975
Keller,
J.M. (1987a, Oct.). Strategies for stimulating the motivation to learn.
Performance and Instruction, 26(8), 1-7. (EJ 362 632)
Keller,
J.M. (1987b). IMMS: Instructional materials motivation survey. Florida State
University.
P.
Siagian Sondang. ( 2004 ). Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/
sunartombs.wordp ress.com
http://mantebtenan.com/pendidikan/peranan-motivasi-dalam-belajar-dan-pembelajaran/
[1] sunartombs.wordpress.com
(23-09-2008)
[4] http://mantebtenan.com/pendidikan/peranan-motivasi-dalam-belajar-dan-pembelajaran/
[5] http://hbis.wordpress.com/2010/06/08/peranan-motivasi-dalam-belajar/
[6] Keller, J.M. (1987b). IMMS: Instructional
materials motivation survey. Florida State University.
[7] Wlodkowski, R.J. (1981). Making sense our of
motivation: A systematic model to consolidate motivational constructs across
theories. Educational Psychologist, 16(2), 101-110.
[8] http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar