Kamis, 31 Mei 2012

MOTIVASI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti “menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski ( 1985 ) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan ( persistence ) pada tingkah laku tersebut ( behaviorisme ).
Sedangkan Imron ( 1996 ), menjelaskan motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate, yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak ( Echols, 1984 dalam Imron, 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan ( Suryabrata, 1984 )
Motivasi juga dapat di jelaskan sebagai “tujuan yang ingin di capai melalui perilaku tertentu ” ( Cropley, 1985 ). Winkels ( 1987 ) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan di peroleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Ames dan ames ( 1984 ) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini motivasi didenifisikan sebagai  perspektif yang di miliki seseorang mengenai dirinya sendiri san lingkungannya.
Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990).
Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.
Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni : (1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
1.2 Jenis Motivasi
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik sedangkan faktor di luar diri disebut ekstrinsik.
Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, yang berasal dari luar diri seseorang misalnya pemberian pujian, pemberian nilai, pemberian hadiah dan bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.[1]
Dan dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang lebih kuat di banding faktor ekstrinsik. Hal ini terjadi karena faktor ekstrinsik bisa saja justru mengakibatkan daya motivasi seseorang berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebur mengecewakan.
Menurut Winkel (1996), Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan untuk melakukan sesuatu dengan tujuan memperoleh sesuatu yang lain (sebagai alat mencapai tujuan akhir). Motivasi ekstrinsik biasanya sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti hadiah dan hukuman. Contoh: seorang siswa belajar dengan keras untuk ujian agar dapat memperoleh nilai bagus di sekolah.
Sejalan dengan pendapat Winkel (1996) yang menggolongkan motivasi belajar yang bersifat ekstrinsik, seperti: belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan gengsi sosial, belajar demi memperoleh pujian dari orang penting, belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang atau golongan administratif.
Menurut Winkel (1996) dalam motivasi yang bersifat ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri. Selanjutnya Winkel (1996) juga menyatakan bahwa motivasi belajar ekstrinsik bukanlah bentuk motivasi yang secara langsung dapat diidentikkan berasal dari luar siswa. Oleh karena motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, biarpun orang lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi itu. Kekhasan motivasi belajar ekstrinik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi melalui belajar atau sebetulnya juga dapat dipenuhi dengan cara lain.[2]
Sedangkan Motivasi Instrinsik adalah keterlibatan motivasi internal dari individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan keinginannya sendiri. Contoh: seorang siswa belajar keras untuk ujian karena dia menyukai pelajarannya. Hasil penelitian menyarankan perlu dibangun iklim kelas yang baik untuk dapat memotivasi siswa secara instrinsik.  Siswa lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka diberikan pilihan dan menerima hadiah yang mengandung nilai informasional, tetapi fungsi hadiah tersebut tidak untuk mengontrol perilaku. Contoh: pujian  (Santrock, 2008).
Dalam motivasi yang bersifat intrinsik, biasanya orang lain juga memegang peranan, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dengan menjadi orang yang berpengetahuan.
Sardiman (2001), menjelaskan hal- hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah :
1)   Pengetahuan tentang kemajuannya sendiri
Siswa yang mengetahui hasil prestasi sendiri menyadari apakah dirinya mengalami kemajuan atau kemunduran dalam belajarnya. Siswa yang mendapatkan nilai kurang bagus akan terdorong untuk lebih giat belajar lagi agar mendapat nilai yang lebih baik. Sebaliknya, siswa yang mendapat nilai baik akan terdorong untuk mempertahankan prestasi yang telah dicapai.
2) Cita-cita
Seseorang yang mempunyai cita-cita akan terdorong untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Cita-cita siswa digunakan sebagai pemacu dalam hal belajar.
3) Kebutuhan
Adanya kebutuhan tertentu mendorong siswa untuk berbuat dan berusaha dalam mencapai tujuan tertentu.[3]
2.3 Sumber Motivasi
Yang menjadi Sumber motivasi seseorang menurut Abraham H. Maslow dalam  bukunya yang berjudul “Motivation and Personality” memberikan pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya kebutuhan manusia dapat di klasifikasikan pada lima kebutuhan dasar manusia, yaitu :
1.                 Kebutuhan fisiologis ( physiological needs )
2.                 Kebutuhan akan keamanan dan rasa terjamin ( safety or security needs )
3.                 Kebutuhan sosial ( social needs )
4.                 Kebutuhan ego ( esteem needs )
5.                 Kebutuhan aktualisasi diri ( self- actualization )
Menurut teori kebutuhan ini, setiap manusia bertindak senantiasa di dorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan tersebut senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan di mulai dari tingkat yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah di penuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta di penuhi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut yang menuntut pemenuhan tersebut di pandang sebagai motivator aktif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan terus-menerus minta di penuhi.
Namun jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan.
Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan bisa frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, karena dalam prakteknya tidak sedikit orang termotivasi melakukan sesuatu yang konstruktif ( aktualisasi diri ) meski kebutuhan-kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :
A.            menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar,
B.             memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai,
C.             menentukan ketekunan belajar.[4]

a.a Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yan memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. sebagai contoh: seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma.Tanpa bantuan tabel tersebut anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apa pun yang berada paling dekat dengan siswa dilingkungannya.
b.b Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh: anak akan termotivasi belajar elektronika karena tujuan belajar elektronika itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronika. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronika, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. dari pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dar belajar itu.
c.c Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.[5]
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Tokoh-tokoh pendidikan seperti Mc Clelland ( 1987 ), Bandura ( 1977 ), Bloom ( 1980 ), Weiner ( 1986 ), Fyans dan Maerh ( 1987 ) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam studi yang di lakukan Fyans dan maerh ( 1987 ), bahwa di antara tiga faktor yaitu ; Latar belakang keluarga, kondisi/konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terkahir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk ( 1983 ), menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11-20% terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati ( 1990 ), menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan Mc Celland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi ( achievement motivation ) mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar.
2.2 Model Motivasi ARCS
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar.[6]
Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah Attention ( perhatian ), Relevance ( Relevansi ) , Confidence ( kepercayaan diri ) dan Satisfaction ( Kepuasan ) dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).[7]
Model ARCS adalah model yang terkenal dalam bentuk instruksi yang digunakan secara meluas. Dalam proses belajar dan pembelajaran keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekkan untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.[8]
Models ARCS mengenal pasti empat komponen strategi yang penting untuk memotivasikan instruksi:
·                     [A]ttention / Perhatian - strategi untuk memberangsang dan mengekalkan rasa ingin tahu dan minat
Ada beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yakni :
v    Gunakan metode penyampaian yang bervariasi,
v    Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran,
v    Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran,
v    Gunakan peristiwa nyata, anekdot, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang di utarakan
v    Gunakan tekhnik bertanya untuk melibatkan siswa.
·                     [R]elevance / Perkaitan - strategi untuk menghubungkan keperluan, minat dan motif pelajar.
Ada tiga strategi yang bisa di gunakan untuk menunjukkan relevansindalam pembelajaran :
v    Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran
v    Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan di pelajari
v    Berikan contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
·                     [C]onfidence / Keyakinan - strategi untuk membantu pelajar membangunkan jangkaan positif untuk kejayaan pencapaian pembelajaran
Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri :
v    Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil
v    Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak di tuntut mempelajari konsep sekaligus
v    Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil
v    Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa
v    Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun
v    Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar siswa mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
·                     [S]atisfaction / Kepuasan - strategi untuk membekalkan pengukuhan ekstrinsik dan instrinsik. (Keller, 1983)
Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, yakni :
v    Gunakan pujian secara verbal, umpan balik dan informatif, bukan ancaman atau sejenisnya
v    Berikan kesempatan kepada siswwa untuk segera menggunakan atau mempraktekkan pengetahuan yang baru di pelajari
v    Minta kepada siswa yang telah mengusai untuk membantu teman-temannay yang belum berhasil
v    Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan suatu standar tertentu bukan dengan siswa lain.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Faktor Ekstern
·        Lingkungan kerja
·        Pemimpin dan kepemimpinannya
·        Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas
·        Dorongan atau bimbingan atasan

2. Faktor Intern
·        Pembawaan individu
·        Tingkat pendidikan
·        Pengalaman masa lampau
·        Keinginan atau harapan masa depan.

Sumber lain mengungkapkan, bahwa didalam motivasi itu terdapat suatu rangkaian interaksi antar berbagai faktor. Berbagai faktor yang dimaksud meliputi :
a)      Individu dengan segala unsur-unsurnya : kemampuan dan ketrampilan, kebiasaan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman traumatis, latar belakang kehidupan sosial budaya, tingkat kedewasaan, dsb.
b)      Situasi dimana individu bekerja akan menimbulkan berbagai rangsangan: persepsi individu terhadap kerja, harapan dan cita-cita dalam keja itu sendiri, persepsi bagaimana kecakapannya terhadap kerja, kemungkinan timbulnya perasaan cemas, perasaan bahagia yang disebabkan oleh pekerjaan.
c)      Proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-masing individu terhadap pelaksanaan pekerjaannya.
d)      Pengaruh yang datang dari berbagai pihak : pengaruh dari sesama rekan, kehidupan kelompok maupun tuntutan atau keinginan kepentingan keluarga, pengaruh dari berbagai hubungan di luar pekerjaan
e)      Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu
f)        Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu
g)      Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan tujuan

2.3 Upaya-upaya Memotivasi Dalam Belajar
Ali Imron (1996) mengungkapkan ada 4 upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu:
1.                 mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar
2.                 Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran
3.                 Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam mengajarkan siswa juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi
4.                 Mengembangkan aspirasi dalam belajar
Ada sejumlah prinsip-prinsip belajar yang harus dioptimalkan sebagai upaya untuk memotivasi dalam belajar, prinsip –prinsip tersebut adalah: prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan penguatan, dan prinsip perbedaan individual antar pembelajar.
Optimalisasi pengalaman maupun kemampuan siswa juga perlu dilakukan untuk memotivasi siswa.
Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
·        biarkan siswa menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya
·        Kaitkan pengalaman belajar saat ini dengan penglaman masa lalu siswa
·        Lakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki siswa
·        Beri kesempatan siswa untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Cita-cita dan aspirasi juga penting dikembangkan sebagai upaya dalam memotivasi belajar si siswa. Setidaknya ada tiga langkah yang perlu dilakukan :
·        Kenalilah aspirasi dan cita-cita si siswa
·        Komunikasikanlah hasil pengenalan tersebut kepada siswa dan orang tuanya
·        Buatlah program-program yang dapat pengembangan cita-cita dan aspirasi siswa.

BAB III
KESIMPULAN
Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere” yang berarti “menggerakkan” wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Motivasi debedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi interinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa adanya ransangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik motivasi yang berasal dari luar, misalnya pujian.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang , keller(1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Yang disebut ARCS model yakni Attention (perhatian), Relevance (relevansi) confidence (kepercayaaan diri) dan satisfaction (kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran ke empat  kondisi motivasi tersebut sangat penting diperaktekan untuk terus dijaga sehingga motivasi siwa terpelihara selama proses belajar berlangsung.
          Optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pembelajaran juga perlu dilakukan untuk memotivasi siswa. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
·        biarkan siswa menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya
·        Kaitkan pengalaman belajar saat ini dengan penglaman masa lalu siswa
·        Lakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki siswa
·        Beri kesempatan siswa untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Imron Ali ( 1996 ), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Prasetya Irawan dkk ( 1997 ), Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar, Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti Depdikbud.
Wlodkowski, R.J. (1981). Making sense our of motivation: A systematic model to consolidate motivational constructs across theories. Educational Psychologist, 16(2), 101-110.
Daci, E.L.: intrinsic motivation. New York: Plennum, 1975
Keller, J.M. (1987a, Oct.). Strategies for stimulating the motivation to learn. Performance and Instruction, 26(8), 1-7. (EJ 362 632)
Keller, J.M. (1987b). IMMS: Instructional materials motivation survey. Florida State University.
P. Siagian Sondang. ( 2004 ). Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/
sunartombs.wordp ress.com
http://mantebtenan.com/pendidikan/peranan-motivasi-dalam-belajar-dan-pembelajaran/


[1] sunartombs.wordpress.com (23-09-2008)
[4] http://mantebtenan.com/pendidikan/peranan-motivasi-dalam-belajar-dan-pembelajaran/

[5] http://hbis.wordpress.com/2010/06/08/peranan-motivasi-dalam-belajar/

[6] Keller, J.M. (1987b). IMMS: Instructional materials motivation survey. Florida State University.
[7] Wlodkowski, R.J. (1981). Making sense our of motivation: A systematic model to consolidate motivational constructs across theories. Educational Psychologist, 16(2), 101-110.
[8] http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar