Kamis, 07 Juni 2012

Akhlak Tasawuf


Judul buku : Akhlak Tasawuf ( manusia, Etika, dan Makna hidup )
Penerbit : Nuansa
Penulis : Dr. M. Solihin, M.Ag dan M. Rosyid Anwar, S.Ag.

A.      Definisi Akhlak
Akhlak adalah sifat atau watak yang sudah tertanam dalam hati dan telah menjadi  adat kebiasaan secara tertanam sehingga otomatis terekspresi dalam amal perbuatan seseorang. ( Al-Ghazali ( 1059-1111 M ))
Menurut Rachmat Djatnika Ilmu akhlak itu mengandung hal-hal sebagai berikut :
a.     Menjelaskan pengertian baik dan buruk.
b.    Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang atau sebagian manusia terhadap sebagian yang lainnya.
c.     Menjelaskan tujuan yang sebaiknya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-perbuatannya,
d.    Menerangkan jalan yang harus dilalui dan diperbuat.
B.      Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf.
Bertasawuf pada hakikatnya adalah melakukan serangkaian ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ibadah itu sendiri sangat berkaitan dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawuf sangat erat kaitannya dengan Al-Quran dan Al-sunnah yang mmementingkan akhlak. Cara beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak yang mulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
C.      Pengertian tasawuf
tasawuf adalah istilah khusus dari mistisisme dalam islam. Tujuan mistisisme adalah mencari hubungan langsung dengan Allah. Intisari mistisisme termasuk di dalamnya adalah tasawuf ialah kesadaran tentang adanya komunikasi dan dialog antara manusia dan Allah Swt. Pada intinya definisi  tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan seseorang dari pengaruh kehidupan dunia sehingga ia punya akhlak yang  mulia dan dekat dengan Allah Swt.

D.      Dasar-Dasar Ajaran Tasawuf.
1.       Unsur  Islam
Secara umum, ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan bathiniah. Dalam dimensi kehidupan bathiniah lahirlah ajaran tasawuf. Kehidupan tasawuf mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, yaitu Al-Quran, Al-sunnah, dan praktek kehidupan  Nabi dan para sahabatnya.  Dalam Al-Quran ada petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu  dengan Tuhan dimana pun mereka berada;[1] dan senantiasa bersikap sabar untuk mendekatkan diri kepada Allah.[2]
2.       Unsur Dari Luar Islam
a.       Unsur Masehi
·         Sikap fakir
·         Pakaian wol yang kasar (biasanya digunakan oleh Pendeta)
b.      Unsur Yunani
·         Kebudayaan yunani
·         Filsafat yunani
·         Akal Pikiran
c.       Unsur Hindu dan Budha
·         Cara beribadah
·         Reinkarnasi
d.      Unsur Persia
·         Persamaan istilah zuhd

Empat alasan tasawuf sebagai inti ajaran islam yaitu, pertama, kehidupan yang kekal ada di akhirat. Kebahagiaan di akhirat amat bergantung dengan bersihnya ruhani manusia dari perbuatan dosa dan pelanggaran.  Kedua kebahagiaan yang hakiki di dunia ini sebenarnya terletak pada ketenangan bathin yang di hasilkan dari kepercayaan dan ketundukan kepada Tuhan. Ketiga dalam perjalanan hidupnya, manusia akan sampai pada batas-batas dimana semua hal yang dimilikinya tidak di perlukan lagi. Keempat, dalam dunia modern yang mengidap krisis dan penuh sisi-sisi negative, tasawuf dapat menjadi salah satu altenatif untuk mengatasinya.

E.       3 macam ajaran tasawuf
·         tasawuf akhlaqi
yaitu perilaku tasawuf yang dihiasi dengan akhlak yang baik, sehat, dan terpuji dan menghindari watak yang tidak sehat seperti riya’, sum’ah, ujub, egois, sombong, dan sebagainya.
·         tasawuf amali
v  ada beberapa istilah yang harus kita ketahui yaitu,
Ø  murid yang terdiri atas:
-          Mubtadi’ : orang yang baru mempelajari syariat
-          Mutawasith : orang yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang syariat.
-          Muntahi : orang yang ilmu syariatnya telah matang.
Ø  Syaikh : pengawas para murid dalam segala kehidupan.
Ø  Syariat : amalan lahir yang penting dalam agama dan bersumber dari al-quran dan hadis.
Ø  Tharikat : tata cara yang telah digariskan dalam agama dan dilakukan hanya karena penghambaan diri kepada Allah dan karena ingin berjumpa dengannya.
Ø  Hakikat : aspek bathiniah. ( rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti dari syariat dan akhir dari perjalan yang di tempuh oleh seorang sufi).
Ø  Ma’rifat : pengalaman, pemahaman, dan penghayatan yang mendalam tentang Tuhan melalui hati sanubari yang sedemikian lengkap dan luas.
v  Istilah yang menunjukkan derajat seorang sufi melalui bimbingan guru, yaitu :
Ø  Al-manazil : tempat-tempat perhatian yang dilalui seoarang mubtadi
Ø  Al-masyahid : hal yang terlihat di tengah perjalanan yang sedang di tempuh oleh mutawasith ataupun muntahi.
Ø  Al-maqomat : derajat yang diperoleh oleh sufi dengan usaha sendiri setelah selamat menempuh perjalanan yang panajng dan berat.
Ø  Al-ahwal : derajat dan situasi kejiwaaan yang di perolah seseorang atas anugrah dari Allah bukan dari hasil usahanya seperti pada al-manazil dan al-masyahid.
·         Tasawuf falsafi
Berdasarkan tasawuf falsafi ,maka konsepsi tuhan mengalami perkembangan yang lebih lanjut yaitu:
v  Konsepsi etika ( yang dipelopori dan berkembang di kalangan zuhud ) :  dzat Tuhan dianggap sebagai kekuasaan, daya, dan iradat yang mutlak.
v  Konsepsi estetika : tasawuf bersumber dari anggapan bahwa Tuhan dan manusia berkomunikasi timbal-balik.
Jika seorang sufi menyembah Tuhannya maka sebenarnya dia ingin mendapat sambutan cinta dari-Nya.
v  Konsepsi kesatuan wujud : dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ketuhanan, karena dia merupakan pancaran dari Nur Ilahi. Oleh karena itu, jiwa manusia selalu berusaha kembali bersatu dengan sumber asalnya.

                                Sistem pembinaan akhlak dalam dunia sufi disusun sebagai berikut :
·         Takhalli : langkah membersihkan diri ( taubat )
·         Tahalli : langkah menghiasi diri dengan takwa
·         Tajalli : langkah memantapkan, memperdalam, dan memelihara diri dengan istiqomah.

F.       Maqamat yang telah disepakati oleh para sufi :
        Maqamat secara harfiah berasal dari bahasa arab yan g berarti “ tempat orang berdiri” atau “pangkal mulia”. Istilah ini di artikan sebagai “jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk mendekat kepada Allah”.  
Maqamat yang telah disepakati oleh para sufi :
1.       Zuhud
2.       Taubah
3.       Wara’
4.       Faqr
5.       Shabr
6.       Tawakal
7.       Ridha
G.     Beberapa tokoh sufi yang terkenal, diantaranya yaitu :
A.      Hasan Bashri
B.      Shafyan Tsauri
C.      Al-Qusairi
D.      Rabiah Al-Adawiyah
E.       Ma’ruf al-Kharki
F.       Al-muhasibi
G.     Abu Hasan al-saqathi
H.      Abu Yazid al-Busthami
I.        Al-Hallaj
H.      Sejarah Perkembangan Tasawuf.
Tasawuf tampaknya muncul sejak ada pertikaian antar umat Islam di zaman khalifah Ustman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik.  Tetapi, ada juga yang memperkirakan bahwa tasawuf telah muncul sejak kelahiran agama islam itu sendiri, yaitu sejak zaman Nabi Muhammad, waktu itu Nabi berkhalwat ke gua Hira untuk mencari jalan membersihkan diri dari hawa nafsu keduniawian, juga mencari jalan untuk membersihkan hati dan menyucikan jiwa dari noda-noda yang menghinggapi masyarakat pada waktu itu. Kesederhanaan kaum sufi di praktikkan oleh Abu Bakar, yang pernah hidup dengan sehelai kain saja. Demikian pula Umar bin Khattab, beliau pernah memakai kain dengan dua belas tambalan baju dengan empat tambalan dan tidak memiliki kain lainnya.
I.     Pengaruh Tasawuf bagi Manusia
Tasawuf mungkin berpengaruh positif dan tapi juga negatif bagi orang yang mempelajari dan mempraktikkannya. Hal ini tergantung kepada ajaran, cara mempelajari, dan menerapkannya.
Pengaruh positif tasawuf diantaranya :
a.       Membentuk jiwa seseorang menjadi ikhlas dalam beramal.
b.      Menuntun penghayatnya agar ruhaninya selalu rindu kepada Allah.
c.       Seorang sufi akan selalu membersihkan dirinya karena Allah Maha Suci.
d.      Seorang sufi memiliki jiwa yang tenang.
e.      Seorang sufi memiliki keyakinan yang mendalam.
f.        Seorang sufi  akan merasa sengang dalam beribadah.
Pengaruh negatif diantaranya :
a.       Bisa memotivasi seseorang untuk melakukan ‘uzlah secara berlebihan. ( ‘uzlah adalah menyingkirkan diri dari masyarakat.).  akibatnya dapat melemahkan perjuangan umat islam
b.      Membenci urusan duniawi yang berlebihan bisa membawa seseorang menjadi aprioro dan eskapis terhadap problem sosial-kemasyarakatan dan tidak mandiri secara ekonomi.
c.       Jika salah dalam menerapkan ajaran tasawuf seseorang dapat menjadi miskin.



[1] Qs.Al-Baqarah {2}: 110
[2] Qs.Ali Imran {3}

2 komentar:

  1. klo begitu akhlak itu perlu dibina dalam waktu yang lama ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. pembinaan akhlak nyatanya sedari kecil sudah kita dapatkan :)

      Hapus