Apakah persepsimu tentang sahabat? Sahabat adalah:
Tempat
gue lari pas gue lagi bete karena diomelin orang serumah. Soalnya kalau pas
kayak gitu terus lari ke rumah dia, rasanya gue jadi merdeka kembali. Beda
kalau larinya ke rumah saudara ortu, bukannya dibelain, malah dipulangin lagi
kayak tawanan. Hiks!
Tempat
gue bombay-bombayan kalau gue lagi broken heart. Soalnya, kalau pas
kayak begitu, bisanya cuma curhat ke sahabat. Nggak bisa ke ortu. Kalau
curhatnya ke ortu, bukannya didengerin malah dibilangin “masih kecil, jangan
pacaran dulu.” Yeee... gak nyambung, kan?
Tempat
gue nebeng jajan di kantin kalau pas lagi bokek, pinjem duit kalau pas lagi gak
punya doku buat fotokopi. Gitu, deh...! Sahabat bagi gue tuh gak kalah sama
ATM. Tinggal colek, ditambah senyum sedikit dan pasang aksi memelas, keluar dah
tuh duitnya. Cuma, ngembaliinnya itu yang suka lupa.
Pokoknya manis-asem dan asin, deh! Manisnya kalau pas gue lagi sedih terus dia
baik-baikin. Asemnya kalau dia lagi bete, kita giliran jadi tempat curhatnya
yang berfungsi hampir sama kayak tempat sampah. Asinnya kalau ... sama-sama
bokek! Hugh!
Sahabat adalah faktor penting dalam hidup kita. Mana
mungkin kita bisa hidup tanpa sahabat? Ingat Tom Hank dalam film Cast Away,
kan? Terdampar di pulau dan hidup sendirian selama bertahun-tahun. Betapa
merananya.
Banyak di antara kita yang mengaku kesulitan mencari
sahabat. Mengapa, ya? Padahal, sahabat ada di sepanjang hidup kita. Ia bisa
kita temukan di mana tempat. Asalkan kita tahu cara mendapatkan sahabat. Dan,
tidak ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan sahabat kecuali dengan menjadi
sahabat.
Bersahabat dengan Orang Tua
Sahabat adalah orang yang bersedia mendengar keluh kesah
kita, bersedia memberi ingat saat kita lupa, memapah lengan kita saat kita
terkapar lelah oleh beratnya perjalanan hidup. Sahabat adalah yang menyalakan
api dalam diri kita saat ia nyaris padam. Yang menyiramkan air saat dahaga
kerontang memanggang.
... ia yang tak jemu-jemu menjadi penerang dalam gelap
sepi yang melingkupi.
Lalu, adakah yang lebih mampu menjadi semua itu selain
orang tua kita sendiri? Dia adalah sosok yang sangat tepat untuk kita jadikan
sahabat. Sebab, cintanya kepada kita mengalir tak habis-habis. Engkau
mereguknya dan mereguknya lagi, namun tetap akan kau temukan jernih itu tidak
pernah berkurang. Cinta dan kesediaannya berkorban tetap utuh tiada cela.
Ortu Juga Manusia
Apakah kau termasuk orang yang sulit bersahabat dengan
orang tua? Banyak, lho, di antara kita yang tidak bisa berkomunikasi dengan
lancar terhadap orang tua. Kalau kita sering mendengar komentar tentang orang
tua, kurang lebihnya:
Ngebetein, deh! Ini dilarang itu dilarang. Memangnya gue ini balon yang kuatir
meledak kalau menyentuh barang lain?
Sayang,
sih, sama gue! Tapi, nyinyirnya itu, bo! Nggak tahan. Kalau lagi marah, orang
selapangan bola nggak bakal mampu melawan.
Pokoknya nggak gue banget, deh! Maklum, zaman kan sudah berbeda. Cuma, ortu gue
kadang nggak ngerti kalau zaman sudah berubah. Memangnya kita disuruh manggul
bambu runcing lage?
Apakah kamu pernah merasa bete dengan sikap orang tuamu
yang menurutmu terlalu protektif, terlalu ngatur ini itu, terlalu khawatir, dan
sebagainya?
Dalam kajian ilmu sosio linguis, dan psikologi
komunikasi, disebutkan bahwa dalam sebuah komunikasi seringkali dikirim dua
bahasa sekaligus dalam satu pesan. Dua bahasa tersebut adalah: bahasa cinta,
dan bahasa membatasi.
Misalnya, saat orang tua berkata, “Jangan suka begadang
dan main malam hari.” Barangkali itu akan direspons sebagai bahasa cinta
(karena aku mencintaimu, maka aku khawatir akan kesehatanmu, karena itu jangan
suka begadang dan main malam hari karena itu tidak baik untuk kesehatan) atau
direspons sebagai bahasa pembatasan, (kau tidak boleh menikmati kesenangan,
karena itu aku melarang kau begadang dan main malam hari, biar tahu rasa.)
Bahasa yang tersirat itu yang sering membuat kita salah
tafsir. Dan, diakui atau tidak, banyak pula di kalangan orang tua yang gagap
dalam membahasakan cintanya untuk anak-anaknya. Mereka tak mampu menyampaikan
perasaan cinta yang mereka miliki. Sebab, sering pula rasa cinta itu berubah
menjadi kekangan.
Tentu akan lebih bijak bagi kita untuk bisa memahami
bahwa orang tua memiliki dasar cinta yang tak mungkin disaingi oleh orang lain.
Tidak ada pihak mana pun yang mempu mencintai dengan lebih utuh dibanding orang
tua kita. Dialah orang yang mampu menerima segala kekurangan yang kita miliki.
Terkadang memang orang tua membuat sebuah kesalahan yang
membikin kita sebal. Akan tetapi, orang tua kan nggak beda sam rocker, dia juga
manusia. Manusia sangat wajar membuat kesalahan, berbuat sesuatu tidak seperti
yang kita kehendaki. Sebab, tidak ada orang yang akan mampu berbuat seperti
yang kita kehendaki selain diri kita sendiri.
Nah, tunggu apa lagi? Segera jadikan orang tuamu sahabat
sampai mati.
Orang Tuamu adalah....
Suatu saat, di alam ruh, ketika ruh suci tengah berdialog
dengan tuhannya, Tuhannya berkata: “Kehidupan apakah yang sekarang ini
kaurasakan?”
Ruh suci itu menjawab, “Kehidupan yang damai dan
menenteramkan. Tidak ada ketakutan dan kekhawatiran. Kebahagiaan yang tiada
habis. Kesenangan yang tiada ujung. Dan kesejukan saat berada dalam ridha-Mu
yang agung.”
Lalu, tuhannya berkata, “Setelah ini, Aku akan mengutusmu
untuk hidup di muka bumi. Di sana, kehidupan yang akan kaualami sungguh berbeda
dengan kehidupanmu di sini.”
Maka, gamanglah ruh suci. Keraguan menyelimuti, dan
kecemasan tiba-tiba menguasai hati.
“Aku takut kesepian....”
Tuhannya berkata, “Malaikat-Ku akan menemanimu. Akan
menghilangkan kesepianmu, dan akan menghibur kesedihanmu. Ia akan menjadi
sahabatmu sepanjang hidupnya dan hidupmu.”
“Tetapi, aku sesungguhnya sangat lemah. Dan, bukankah di
bumi banyak sekali orang jahat? Tentu orang-orang jahat itu akan mencelakaiku.”
Tuhannya berkata, “Malaikat-Ku akan melindungimu dari
orang jahat. Ia akan mendekapmu dengan perlindungan paling kuat. Dia akan
menyelamatkanmu dari segala bahaya yang mengancammu.”
“Tuhanku, saat aku berada di dunia nanti, aku takut bahwa
aku akan melupakan-Mu.”
“Malaikat-Ku akan mengajarimu untuk selalu mengingat-Ku.
Ia akan mengajarimu tentang agama-Ku. Ia akan membimbingmu untuk menyembah-Ku.
Ia akan membuatmu merasa dekat dengan-Ku meskipun sebenarnya aku selalu dekat
dengan-Mu.”
“Tetapi, bagaimana jika aku merindukan-Mu?”
“Malaikat-Ku akan menjadi pengobat rindumu kepada-Ku.
Sebab ridhanya adalah ridha-Ku, sebagaimana murkanya adalah murka-Ku. Tataplah
wajahnya dengan sepenuh hormatmu maka kau akan menemukan-Ku.”
“Baiklah, Tuhanku. Aku bersedia Kau turunkan ke bumi-Mu
oleh sebab Kau telah menjamin akan mengirimkan malaikat-Mu untukku. Akan
tetapi, bolehkah aku mengetahui siapakah malaikat-Mu itu, agar kelak aku
mengenalnya?”
“Malaikat-Ku itu, kelak kau akan memanggilnya dengan
sebutan: IBU!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar