Minggu, 26 Agustus 2012

SAHABAT KU ADALAH ORANGTUA KU


Ngefriend Sama Ortu

Apakah persepsimu tentang sahabat? Sahabat adalah:
         Tempat gue lari pas gue lagi bete karena diomelin orang serumah. Soalnya kalau pas kayak gitu terus lari ke rumah dia, rasanya gue jadi merdeka kembali. Beda kalau larinya ke rumah saudara ortu, bukannya dibelain, malah dipulangin lagi kayak tawanan. Hiks!
         Tempat gue bombay-bombayan kalau gue lagi broken heart. Soalnya, kalau pas kayak begitu, bisanya cuma curhat ke sahabat. Nggak bisa ke ortu. Kalau curhatnya ke ortu, bukannya didengerin malah dibilangin “masih kecil, jangan pacaran dulu.” Yeee... gak nyambung, kan?
         Tempat gue nebeng jajan di kantin kalau pas lagi bokek, pinjem duit kalau pas lagi gak punya doku buat fotokopi. Gitu, deh...! Sahabat bagi gue tuh gak kalah sama ATM. Tinggal colek, ditambah senyum sedikit dan pasang aksi memelas, keluar dah tuh duitnya. Cuma, ngembaliinnya itu yang suka lupa.
         Pokoknya manis-asem dan asin, deh! Manisnya kalau pas gue lagi sedih terus dia baik-baikin. Asemnya kalau dia lagi bete, kita giliran jadi tempat curhatnya yang berfungsi hampir sama kayak tempat sampah. Asinnya kalau ... sama-sama bokek! Hugh!

Sahabat adalah faktor penting dalam hidup kita. Mana mungkin kita bisa hidup tanpa sahabat? Ingat Tom Hank dalam film Cast Away, kan? Terdampar di pulau dan hidup sendirian selama bertahun-tahun. Betapa merananya.
Banyak di antara kita yang mengaku kesulitan mencari sahabat. Mengapa, ya? Padahal, sahabat ada di sepanjang hidup kita. Ia bisa kita temukan di mana tempat. Asalkan kita tahu cara mendapatkan sahabat. Dan, tidak ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan sahabat kecuali dengan menjadi sahabat.

Bersahabat dengan Orang Tua
Sahabat adalah orang yang bersedia mendengar keluh kesah kita, bersedia memberi ingat saat kita lupa, memapah lengan kita saat kita terkapar lelah oleh beratnya perjalanan hidup. Sahabat adalah yang menyalakan api dalam diri kita saat ia nyaris padam. Yang menyiramkan air saat dahaga kerontang memanggang.
... ia yang tak jemu-jemu menjadi penerang dalam gelap sepi yang melingkupi.
Lalu, adakah yang lebih mampu menjadi semua itu selain orang tua kita sendiri? Dia adalah sosok yang sangat tepat untuk kita jadikan sahabat. Sebab, cintanya kepada kita mengalir tak habis-habis. Engkau mereguknya dan mereguknya lagi, namun tetap akan kau temukan jernih itu tidak pernah berkurang. Cinta dan kesediaannya berkorban tetap utuh tiada cela.

Ortu Juga Manusia
Apakah kau termasuk orang yang sulit bersahabat dengan orang tua? Banyak, lho, di antara kita yang tidak bisa berkomunikasi dengan lancar terhadap orang tua. Kalau kita sering mendengar komentar tentang orang tua, kurang lebihnya:
         Ngebetein, deh! Ini dilarang itu dilarang. Memangnya gue ini balon yang kuatir meledak kalau menyentuh barang lain?
         Sayang, sih, sama gue! Tapi, nyinyirnya itu, bo! Nggak tahan. Kalau lagi marah, orang selapangan bola nggak bakal mampu melawan.
         Pokoknya nggak gue banget, deh! Maklum, zaman kan sudah berbeda. Cuma, ortu gue kadang nggak ngerti kalau zaman sudah berubah. Memangnya kita disuruh manggul bambu runcing lage?
Apakah kamu pernah merasa bete dengan sikap orang tuamu yang menurutmu terlalu protektif, terlalu ngatur ini itu, terlalu khawatir, dan sebagainya?
Dalam kajian ilmu sosio linguis, dan psikologi komunikasi, disebutkan bahwa dalam sebuah komunikasi seringkali dikirim dua bahasa sekaligus dalam satu pesan. Dua bahasa tersebut adalah: bahasa cinta, dan bahasa membatasi.
Misalnya, saat orang tua berkata, “Jangan suka begadang dan main malam hari.” Barangkali itu akan direspons sebagai bahasa cinta (karena aku mencintaimu, maka aku khawatir akan kesehatanmu, karena itu jangan suka begadang dan main malam hari karena itu tidak baik untuk kesehatan) atau direspons sebagai bahasa pembatasan, (kau tidak boleh menikmati kesenangan, karena itu aku melarang kau begadang dan main malam hari, biar tahu rasa.)
Bahasa yang tersirat itu yang sering membuat kita salah tafsir. Dan, diakui atau tidak, banyak pula di kalangan orang tua yang gagap dalam membahasakan cintanya untuk anak-anaknya. Mereka tak mampu menyampaikan perasaan cinta yang mereka miliki. Sebab, sering pula rasa cinta itu berubah menjadi kekangan.
Tentu akan lebih bijak bagi kita untuk bisa memahami bahwa orang tua memiliki dasar cinta yang tak mungkin disaingi oleh orang lain. Tidak ada pihak mana pun yang mempu mencintai dengan lebih utuh dibanding orang tua kita. Dialah orang yang mampu menerima segala kekurangan yang kita miliki.
Terkadang memang orang tua membuat sebuah kesalahan yang membikin kita sebal. Akan tetapi, orang tua kan nggak beda sam rocker, dia juga manusia. Manusia sangat wajar membuat kesalahan, berbuat sesuatu tidak seperti yang kita kehendaki. Sebab, tidak ada orang yang akan mampu berbuat seperti yang kita kehendaki selain diri kita sendiri.
Nah, tunggu apa lagi? Segera jadikan orang tuamu sahabat sampai mati.

Orang Tuamu adalah....
Suatu saat, di alam ruh, ketika ruh suci tengah berdialog dengan tuhannya, Tuhannya berkata: “Kehidupan apakah yang sekarang ini kaurasakan?”
Ruh suci itu menjawab, “Kehidupan yang damai dan menenteramkan. Tidak ada ketakutan dan kekhawatiran. Kebahagiaan yang tiada habis. Kesenangan yang tiada ujung. Dan kesejukan saat berada dalam ridha-Mu yang agung.”
Lalu, tuhannya berkata, “Setelah ini, Aku akan mengutusmu untuk hidup di muka bumi. Di sana, kehidupan yang akan kaualami sungguh berbeda dengan kehidupanmu di sini.”
Maka, gamanglah ruh suci. Keraguan menyelimuti, dan kecemasan tiba-tiba menguasai hati.
“Aku takut kesepian....”
Tuhannya berkata, “Malaikat-Ku akan menemanimu. Akan menghilangkan kesepianmu, dan akan menghibur kesedihanmu. Ia akan menjadi sahabatmu sepanjang hidupnya dan hidupmu.”
“Tetapi, aku sesungguhnya sangat lemah. Dan, bukankah di bumi banyak sekali orang jahat? Tentu orang-orang jahat itu akan mencelakaiku.”
Tuhannya berkata, “Malaikat-Ku akan melindungimu dari orang jahat. Ia akan mendekapmu dengan perlindungan paling kuat. Dia akan menyelamatkanmu dari segala bahaya yang mengancammu.”
“Tuhanku, saat aku berada di dunia nanti, aku takut bahwa aku akan melupakan-Mu.”
“Malaikat-Ku akan mengajarimu untuk selalu mengingat-Ku. Ia akan mengajarimu tentang agama-Ku. Ia akan membimbingmu untuk menyembah-Ku. Ia akan membuatmu merasa dekat dengan-Ku meskipun sebenarnya aku selalu dekat dengan-Mu.”
“Tetapi, bagaimana jika aku merindukan-Mu?”
“Malaikat-Ku akan menjadi pengobat rindumu kepada-Ku. Sebab ridhanya adalah ridha-Ku, sebagaimana murkanya adalah murka-Ku. Tataplah wajahnya dengan sepenuh hormatmu maka kau akan menemukan-Ku.”
“Baiklah, Tuhanku. Aku bersedia Kau turunkan ke bumi-Mu oleh sebab Kau telah menjamin akan mengirimkan malaikat-Mu untukku. Akan tetapi, bolehkah aku mengetahui siapakah malaikat-Mu itu, agar kelak aku mengenalnya?”
“Malaikat-Ku itu, kelak kau akan memanggilnya dengan sebutan: IBU!”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar