Seorang Ayah Tak Bisa di Bohongi
kudengar tangisan lirih dari tengah
ruang aula… ku pastikan dari mana datangnya, ternyata dari seorang sahabatku
yang menahan tangisnya….. ku mencoba bangkit dari tempatku, menyusuri perlahan
ruang aula masjid yang baru saja mendadak hening setelah semua alat penerangan
di matikan.
sejenak aku amati apakah benar dia
yang menangis lirih…. aku merasa heran, karena memang dia adalah orang yang
selalu ada di garis terdepan dalam setiap aktivitas meskipun saat ini dia
bekerja untuk ummat, namun masih tetap saja mampu menyediakan waktu untuk
dakwah kemarin, hari ini dan insyaAllah esok.
kuperhatikan dengan seksama, lalu ku
rebahkan badanku tepat disampingnya.
aku dengarkan setiap lirih tangis yang
sungguh luar biasa mengiris hati. ku coba beranikan diri untuk bertanya ” ada
masalah apa akh..? tak biasanya antum sampai dalam kondisi seperti ini.
menunggu agak lama memang untuk mendengar jawaban darinya, dan akhirnya dia
menahan tangisnya dan berusaha berbicara… ” ane selalu kangen ibu, tapi ane
sekarang kangen bapak… bapak yang luar biasa. “
akhirnya malam itu berlanjut dengan
mendengarkan kisah heroik sang ayah….
bapak, bapakku hanya seorang supir
pribadi yang gajinya tak lebih besar dari penghasilan seorang kernet angkot.
untuk menutupi kebutuhan keluarga ibu juga bekerja ditempat yang sama sebagai
pembantu rumah tangga. bayangkan dulunya bapak bekerja sebagai pembantu yang di
ajarkan caranya menyetir….
sampai saat ini dengan lemahnya
kondisi perekonomian keluarga, bapak sama mama sama sekali ngga pernah ngasih
ane makanan dari yang haram…. ngga secuilpun. yang ada di otak mereka adalah
bekerja dan terus bekerja untuk memperbaiki nasib anak-anaknya.
ane pernah diam akh, pas bapak
bilang buat sekolah aja bapak harus jalan kaki sekitar 3 jam bust berangkat dan
3 jam buat pulang dari sekolah dengan berjalan kaki. bahkan ketika memang
kemalaman pulang sekolah, dia nginep di sebuah perumahan tua di tengah gunung
yang dihuni oleh janazah yang ketika malam memang tidak akan ada manusia yang
ada disana. bukan untuk ngasih sajen akh tapi hanya untuk numpang tidur…. antum
bisa bayangin,,,?
disaat ane beranjak dewasa, ane
memang dapet beasiswa di sana-sini. bahkan sampai ke negeri JERMAN sana , tapi hanya satu
yang membatalkan…. ucapan bapak… ” klo harus ke jerman lebih baik ga usah,
nanti kalo sakit siapa yang ngurus.
memang ane terkesan dibesarkan
dengan kemanjaan yang luar biasa, namun bapak mampu menanamkan kemandirian yang
luar biasa namun tidak dengan ke egoisan. satu yang ane pelajarin dari dia akh…
dia ga berilmu, sekolah cuma sampe es em pe… yang dia tau, bekerja sesuai ilmu
yang dia punya, jujur, dan menghargai orang lain.
luar biasa memang. dan itu yang
sangat ane tanamkan kuat dalam diri ini. disaat tuanya ane sempet terenyuh
ketika dia langsung bilang ke ane… ” tolong ajarin bapak, kamu kan ustadz. tolong
ajarin bapak ngaji… bapak mau bisa baca al qur’an kaya kamu ” mama ajarin juga
yah…. pas bapak ngomong gitu ane seneng banget akh, ane langsung jalan ke toko
buku beli buku iqro yang warna hitam edisi lengkap. sekalian tuh ane beli cd
tahsin supaya bapak bisa belajar meskipun ane ga dirumah.
tahu ga akh…(dengan nada yang benar2
menyita perhatianku) ane pernah lalai sholat dan bapak yang ngingetin ane
dengan gaya
bercandanya, sambil pura2 bertanya dia berbicara ke ane…. ” kalo ga salah nabi
pernah ngomong ya… kaga boleh nunda2 sholat…!” dan ketika itu juga kaga ngomong
lagi, ane langsung lari ke tempst wudhu langsung sholat. memang ane takut
banget kalo liat bapak ane marah.
kalo ga salah dalam seumur hidup ini ane baru ngeliat bapak marah itu sebanyak 5 kali. itu ketika memang ane bikin kesalahan yang bener2 fatal.
kalo ga salah dalam seumur hidup ini ane baru ngeliat bapak marah itu sebanyak 5 kali. itu ketika memang ane bikin kesalahan yang bener2 fatal.
tak lama kemudian sayang al akh
dengan bangga bilang ” jujur kah, bangga jadi anak pembantu dan supir,,, dan
ane sama sekali ngga malu”
lalu menghentikan tangisnya dan memejamkan matanya….
lalu menghentikan tangisnya dan memejamkan matanya….
benar2 sungguh luar biasa, tak jauh
berbeda dengan sang ayah… sang anak pun selalu bergerak, bergerak tanpa henti
meskipun ilmu yang dimiliki sangat jauh dari cukup. hanya saja, sang anak masih
mampu memanage waktunya untuk dapat terus belajar, meskipun lebih sering
belajar sendiri dari berbagai artikel, bahkan dari pembicaraan kawan2ku yang
lain.
seorang anak pembantu yang
meneruskan tongkat estafet sang ayah dalam meraih masa depan dan ridhoNya… doaku
untuk mu ya akhi… jazakallah atas pengalamanmu.
Bagaimana kabar ayahku di sisi-Mu Rabb,,,,
(Kutipan kisah seorang teman * Silo Indriyanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar