Sabtu, 08 September 2012

TRIO PENYELAMAT X

BAB X 

TRIO PENYELAMAT 


JUPITER SALAH!

"Salah?!" seru Jupe. "Tapi aku sudah begitu yakin."
Worthington mengangkat bahu dan duduk di sofa besar di ruang tunggu rumah sakit.
"Saya memanfaatkan keanggotaan saya pada Perkumpulan Seni Rocky Beach untuk mengecek daftar hadir pada Malam Apresiasi Seni semalam di museum," kata supir jangkung itu menjelaskan. "Leo Magellan ada di sana dari pukul tujuh hingga lewat tengah malam menurut daftar itu."
"Berarti ia tidak mungkin terlibat dalam pembobolan-pembobolan yang terjadi! Dan aku telah demikian yakin ia pasti terlibat," kata Jupe. "Kecuali jika daftar hadir itu telah dimanipulasi ... Magellan bisa saja menyuruh seseorang memalsu tanda tangannya di buku tamu." "Mungkin saja," kata Worthington. "Itulah sebabnya saya berinisiatif mengajak beberapa orang anggota berbincang-bincang untuk memeriksa kalau Mr. Magellan benar-benar hadir dalam pertemuan itu. Ada banyak saksi terpercaya yang dengan positif mengidentifikasikan kehadirannya semalam."
"Dengan demikian Magellan si pemarah itu bersih," kata Pete, lega. "Sungguh lega aku tidak perlu berurusan dengan sikap pemarahnya itu lagi! Tapi Jupe, kau bilang kau menelepon beberapa orang, siapa lagi?"
"Chief Reynolds. Menurutnya mereka telah menemukan Skinny Norris di pesisir ... namun anak itu tidak mau bicara. Katanya ia tahu hak-haknya dan tidak wajib bicara tanpa kehadiran pengacaranya. Sayangnya dia benar. Sekarang aku menghadapi jalan buntu dalam kasus ini," Jupe mendesah.
"Kita masih punya kedua lelaki dengan van putih yang menculik Bob," usul Pete. "Mereka mungkin saja bekerja untuk Magellan."
Jupiter nampak bersemangat lagi ketika ia memikirkan hal itu beberapa saat. Kemudian ia memukulkan telapak tangannya ke atas sebuah tumpukan majalah dengan sikap berbeda. "Sejak semula aku merasa Leo Magellan terlalu 'cocok' sebagai seorang tersangka ... namun aku ceroboh dan tidak mendengarkan firasatku itu; dan akibatnya kita hampir saja kehilangan Bob! Ini tidak akan terulang lagi," kata Jupe serius.
"Jadi apa langkah kita selanjutnya, Pertama?" tanya Pete.
"Menurutku besok kita harus mengunjungi gudang tempat Bob disekap tadi. Kira-kira apakah kau bisa mengingat jalan ke sana?"
"Tidak masalah," kata Pete. "Tapi aku akan menunggu di markas saja sampai kau kembali. Pergi ke tempat itu dua kali dalam dua hari bukanlah cara yang menyenangkan untuk menghabiskan liburan musim panasku. Terima kasih namun tidak, terima kasih!"
Jupiter Jones telah terbiasa dengan Penyelidik Kedua berbicara seperti itu. Pete tidak pernah suka berhadapan dengan bahaya namun pada akhirnya ia selalu setia terhadap teman-temannya. "Mungkin kau bisa tinggal di markas dan membantu di pangkalan," jawab Jupiter lambat-lambat. "Tadi kudengar Bibi Mathilda berkata kepada Konrad bahwa Paman Titus dan Hans akan mengambil setruk penuh bak mandi besok. Bak mandi dengan kaki berbentuk cakar."
"Hanya itu yang kuperlukan untuk meyakinkanku," seru Pete. "Aku akan pergi ke gudang itu pagi-pagi sekali! Namun bagaimana dengan peringatan Chief Reynolds agar kau tinggal di rumah, Jupe?" tanyanya.
"Aku tinggal di rumah seharian hari ini ... kau dan Bob dapat bersumpah untukku," kata Jupe tersenyum. "Ia tidak bilang berapa lama aku harus tinggal di rumah!"
Saat itu Bob masuk ke dalam ruangan dengan kursi roda, kakinya terbalut rangka besar berwarna biru yang berfungsi sebagai penopang sementara.
"Bagaimana keadaanmu, Bob?" tanya Jupiter, benar-benar cemas akan temannya.
"Oh, aku akan baik-baik saja," kata Bob dengan murung. "Hanya retak sedikit. Namun Dokter Alvarez tidak mau mengambil resiko karena ini kaki yang sama. Katanya aku harus memakai kembali penopangku yang dulu. Sepertinya aku tidak bisa beraksi lagi dalam kasus ini."

*****

Keesokan harinya, pagi-pagi benar kedua detektif itu telah tiba di tempat parkir museum. Begitu mereka tiba di sana, Pete mengikuti kembali rute yang dilaluinya ketika mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh alat yang dipasang Bob pada van.
Mereka bersepeda beberapa mil sampai jauh di luar kota Rocky Beach dan memasuki kawasan industri yang terletak di antara Rocky Beach dan Santa Monica. Meskipun Pete memiliki naluri yang tajam akan arah, Jupe sudah mulai berpikir bahwa temannya telah tersesat ketika tiba-tiba Pete menghentikan sepedanya.
"Itu dia!" serunya. Penyelidik Kedua menunjuk ke arah sebuah bangunan besar berwarna putih beberapa blok di depan. Bangunan itu terbuat dari besi bergelombang dan bagian luarnya sangat perlu dicat ulang.
"Paling tidak aku merasa itulah tempatnya. Mungkin seharusnya kubuat sebuah tanda tanya di sana dengan kapurku," kata Pete. "Aku terlalu berkonsentrasi untuk bersepeda pulang, aku tidak dapat memastikannya. Dan terus terang, aku tidak terlalu berminat untuk mendekat dan memastikannya!"
Jupe menyipitkan matanya, mengamati keadaan sekitar. Koran tua dan sampah beterbangan di jalan. Tidak ada lalu lintas di kawasan itu, nampak seperti sebuah kota hantu modern -- suatu tempat persembunyian yang sangat bagus untuk seorang penjahat.
"Kita cukup melihat apakah para penculik itu ada di dalam," kata Jupiter menjelaskan. "Begitu kita tahu mereka mendiami tempat itu, kita tinggal mencari telepon umum dan menghubungi yang berwajib."
Namun mereka kurang beruntung. Ketika mereka sampai di gudang yang terbengkalai itu dan menyelinap hingga cukup dekat untuk mengintip, mereka dengan segera melihat bahwa tempat itu kosong. Jupe memerintahkan untuk mencari petunjuk di sekitar tempat itu. Mereka tidak menemukan apa-apa kecuali jejak ban van menuju dan kemudian menjauhi bangunan itu, serta cat semprot yang masih baru.
"Sepertinya kita kurang beruntung, Pertama," kata Pete putus asa. Ia menendang sebutir kerikil dan memandang Jupe penuh harap. Jika ada petunjuk di depan mata, Jupiter sepertinya selalu dapat menemukannya sementara Pete dan Bob menyerah.
"Sepertinya kau benar, Dua," kata Jupe setuju. "Kita harus mencoba pendekatan yang lain besok. Ada sesuatu tentang kasus ini yang menggangguku namun sampai sekarang aku tidak tahu apa," katanya. "Bagaimanapun juga, Malam Penghargaan tinggal dua hari lagi dan belum ada yang memberi tahu bahwa kita tidak jadi diundang, maka sebaiknya sekarang kita berkonsentrasi untuk acara itu. Terus terang, Dua, aku benar-benar bingung!"
Pete menatap Jupe sambil mengangkat alis. Sungguh jarang Jupiter Jones mengakui bahwa ia bingung!

BAB XI
JUPE MENARIK KESIMPULAN

Ketika Jupe tiba di rumah sore itu, ia berhenti untuk memastikan bahwa pangkalan telah terkunci. Ia dapat melihat samar-samar cahaya televisi dari pondok kecil yang didiami oleh Hans dan Konrad dan dapat mendengar suara kedua bersaudara itu tertawa terbahak-bahak melalui sebuah jendela yang terbuka. Sambil tersenyum Jupe menyeberang jalan menuju rumah kecil tempat tinggalnya bersama paman dan bibinya.
Detektif gempal itu sedang tidak berselera dan hanya makan sedikit, membuat paman dan bibinya heran. Sepanjang malam rentetan kejadian minggu itu melintas di kepalanya dan ia berusaha menarik kesimpulan dari semua itu. Ia merasa yakin ada suatu pola di balik kasus ini. Jika ia berusaha cukup keras seharusnya ia bisa menemukannya.
Namun sementara matahari mulai tenggelam di kaki langit, langit berubah abu-abu, dan bintang-bintang mulai bercahaya, pola itu tetap tersembunyi. Setelah berulang kali membalik badan di tempat tidur, Jupe akhirnya tertidur dengan kasus Trio Penyamar di dalam benaknya.

*****

Jupe tahu hari pasti telah pagi. Sebelum membuka mata, ia telah dapat mencium harum sarapan daging dan telur yang sedang disiapkan Bibi Mathilda di dapur di bawah. Ia berbaring di ranjang dan mengusap-usap matanya, berusaha mengingat mimpi yang dialaminya sebelum terbangun.
Di dalam mimpi itu Bob berada dalam kesulitan, ia terjebak di dalam sebuah peti mati dan berusaha menyelipkan secarik kertas berisi pesan melalui sebuah retakan di penutup peti supaya teman-temannya tidak menguburnya hidup-hidup. Jupe mengerutkan kening atas mimpi aneh itu dan turun dari ranjang, berniat mengisi bahan bakar dengan sarapan yang lezat untuk memulai hari yang baru ... dan untuk menggantikan makan malamnya yang tidak seberapa.
Ia berhenti sekonyong-konyong.
Jupe berkedip dan berdiri di kaki ranjangnya, mulutnya terbuka.
Ia telah berhasil! Ia telah mendapatkan jawaban atas teka-teki itu!
Sambil terburu-buru mengenakan pakaian, ia berlari ke bawah dan meraih pesawat telepon.
"Demi Tuhan dan langit!" seru Bibi Mathilda. "Jangan macam-macam sebelum kau mengisi perutmu, Jupiter Jones! Kau akan mengkerut dan tertiup angin nanti kalau tulang-tulangmu itu tidak segera kau beri daging!"
"Bolehkah aku menelepon dulu, Bibi Mathilda? Ini mendesak sekali!" Jupe memohon.
Paman Titus memandang melalui bagian atas koran dan bergumama kepada istrinya. "Permainan sedang berlangsung, Sayang. Biarlah anak ini menelepon dan aku berani bertaruh uang lawan donat ia akan memakan apapun yang kau hidangkan nanti."
Bibi Mathilda menggerutu dan kembali sibuk di dapur. Jupe menyeringai ke arah pamannya dan mulai memutar nomor telepon Pete.

*****

Setengah jam kemudian anak-anak itu berkumpul di rumah Bob, duduk di tepi ranjang teman mereka itu. Bob duduk berganjal beberapa bantal, kakinya masih terbungkus penopang.
"Kupikir karena kau sedang tidak dalam kondisi yang menguntungkan, kita harus mengadakan rapat di rumahmu, Bob," Jupe menjelaskan.
"Jadi apa berita besarnya, Jupe?" kata Bob.
Mata Jupe berbinar-binar dan ia tersenyum-senyum senang.
"Aku telah memecahkan kasus ini!" katanya mengumumkan. "Dan itu kulakukan dengan sedikit bantuan dari Bob!"
"Oh ya?" kata Bob. "Apa yang kulakukan?"
"Bagaimana mungkin patahnya kaki Bob membantumu memecahkan kasus ini, Jupe?" tanya Pete bingung.
"Bukan itu maksudku. Kejadiannya dalam mimpiku!" seru Jupe. "Semalam aku bermimpi tentang Bob. Dalam mimpiku itu ia terjebak di dalam sebuah peti yang sangat gelap. Sepertinya sebuah peti mati. Ia berusaha memberi tahu kita bahwa ia ada di dalam dengan menyelipkan secarik kertas melalui sebuah retakan. Aku merasa ada sesuatu yang sama sekali tak asing lagi dengan situasi itu ... dan ketika aku terbangun, aku tahu!"
"Kau tahu apa?" desak Pete.
Bob merasa mengerti. "Kejadian itu terasa tidak asing bagimu karena sudah pernah terjadi!" serunya.
"Tepat!" kata Jupe. "Hanya saja Bob tidak terperangkap di dalam sebuah peti mati, melainkan sebuah peti penyimpan anggur! Ketika aku teringat akan mimpi itu, semua potongan teka-teki seakan-akan terjatuh ke tempatnya yang tepat! Toko roti yang dibobol itu adalah Pearl's Bakery, Pearl ... mutiara. Toko peralatan itu adalah Green's ... hijau. Tempat permainan itu adalah The Mineshaft ... lubang tambang. Toko minuman itu adalah The Vineyard ... kebun anggur. Si polisi gadungan bernama Jensen ... dan ia bahkan sempat menyebut Chinatown dan nama Chang. Nah, sekarang apa yang menghubungkan mutiara, hijau, lubang tambang, kebun anggur, Chinatown, dan nama Jensen serta Chang?"
Pete segera paham. "Misteri Hantu Hijau!" jawabnya. Namun kemudian ia menggelengkan kepala dan menatap Bob dan Jupe dengan putus asa. "Namun kau harus menjelaskannya kepadaku. Apa hubungannya salah satu kasus lama kita dengan adanya seseorang yang berusaha memfitnah kita?"
"Dua kata, Pete. Balas dendam!"
"Balas dendam? Maksudmu seseorang dari kasus lama itu berusaha membalas kita?" seru Pete. "Menurutmu siapa, Pertama?"
"Biar kutebak!" kata Bob. "Pasti Jupe menduga Mr. Won ... lelaki Cina misterius yang mengaku berumur seratus tujuh tahun! Ia hendak membalas dendam karena kita menghancurkan Mutiara Hantu terakhir!"
"Mr. Won? Sebuah nama yang tak ingin kudengar lagi!" desah Pete. "Satu kasus saja cukup untuk lelaki itu."
"Hampir, Bob, namun tidak tepat," kata Jupe dengan dramatis.
"Bukan Mr. Won?" tanya Bob. "Lalu menurutmu siapa?"
"Memang semula kupikir juga Mr. Won ... ingat, jambangan-jambangan yang dirusak di museum berasal dari Dinasti Won. Namun demikian hal itu terlalu gampang dan balas dendam sepertinya bukan sifat Won. Aku tak percaya ia mau bersusah payah demi tiga orang anak dari Rocky Beach. Lagipula kita tidak menghancurkan kalung Mutiara Hantu dengan sengaja, hanya kecelakaan."
"Baiklah, jika bukan Won lalu siapa?" tanya Pete.
Jupe mengangkat bahu seolah-olah bagi Pete dan Bob jawabannya sejelas baginya. "Menurut deduksiku, petugas polisi yang menggunakan nama Jensen itu menggunakan nama aslinya."
"Jensen!" seru Bob. "Mandor dari Verdant Valley. Balas dendam sudah jelas merupakan sifatnya."
"Waduh!" kata Pete. "Ia tidak pernah tertangkap sejak melarikan diri dari Hashknife Canyon. Tapi apa yang dilakukannya di sini di Rocky Beach? Dan mengapa setelah selama ini?"
Jupiter mengeluarkan sebuah kantung kulit kecil dari saku depannya dan menuangkan isinya di ranjang Bob. "Itulah sebabnya aku mengumpulkan ini," katanya dengan bangga. "Untuk menjebak Jensen dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu!"
Pete dan Bob menatap isi kantung itu dengan mata terbelalak. Di atas kasur Bob tergeletak setumpukan mutiara berwarna abu-abu buram. Mutiara Hantu!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar