Sabtu, 08 September 2012

TRIO PENYAMAR VII

BAB VII 

TRIO PENYAMAR 


LELAKI PEMBENCI ANAK-ANAK

Hari telah siang ketika Bob mengayuh sepedanya kembali ke Jones Salvage Yard. Dengan gesit ia meloncat turun dari sepedanya dan mencungkil sebuah mata kayu yang terdapat pada salah satu papan pagar. Ia memasukkan jarinya ke dalam lubang dan menarik tuas yang membuka Gerbang Hijau Satu dan masuk ke bengkel Jupe di pojok pangkalan. Pete dan Jupe sudah berada di sana.
"Siap berangkat?" tanya Bob.
"Aku tidak mengerti mengapa aku yang harus bicara dengan orang ini!" gerutu Pete. "Bob lebih baik daripada aku dalam hal-hal seperti ini!"
Jupe sedang sibuk memasukkan sebuah kaset ke dalam alat perekam kecil. "Suatu latihan yang bagus, Dua," katanya, "pokoknya kau ingat saja untuk berdiri tegak, bicara dengan lambat dan jelas, dan bersikap seperti seorang dewasa menghadapi situasi semacam ini."
"Tapi apa yang harus kutanyakan kepadanya?" seru Pete, mengusap rambutnya dengan gugup.
Jupiter bersandar pada mesin cetak dan berpikir selama beberapa saat, memikirkan apa yang akan dikatakannya jika ia berada dalam situasi itu. Akhirnya ia menganggukkan kepala.
"Bilang saja, 'akhir-akhir ini banyak terjadi pencurian di daerah Rocky Beach ... apakah Anda sebagai seorang direktur museum khawatir karenanya, Mr. Magellan?' ... lalu lihat apa reaksinya. Lanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu dan lihat apa yang terjadi," Jupe menjelaskan dengan sabar. "Jika ia bereaksi -- dugaanku -- dengan penuh emosi, kita akan punya cukup bahan di dalam kaset ini untuk menuntaskan kasus ini sebelum matahari terbenam!"
"Aku masih tidak mengerti mengapa Bob mendapat tugas yang gampang!" Pete menggerutu.
"Dalam kasus berikutnya aku akan mengambil tugas yang kotor," Bob tertawa sambil mendorong sepedanya keluar melalui jalan rahasia yang sama. "Sekarang, mari kita pergi!"
"Aku selalu siap di samping telepon seandainya terjadi sesuatu," seru Jupe.
Bob mengangguk dan kedua detektif itu mengayuh sepeda mereka menuju museum kesenian. Mereka baru beberapa blok dari pangkalan ketika Bob menoleh ke arah Pete dengan raut wajah serius.
"Ada apa?" tanya Pete.
"Mungkin aku salah," kata Bob, "tapi sepertinya ada yang membuntuti kita!"
"Mana?" tanya Pete gugup. Sudah lama ia belajar dari Jupe bahwa sebagai seorang detektif mereka tidak boleh menoleh ke belakang untuk melihat apakah ada yang membuntuti ... itu sama saja memberi tahu yang membuntuti bahwa mereka tahu. Ia menunggu Bob memastikan kecurigaannya.
"Sebuah mobil hitam, kira-kira satu blok di belakang kita," kata Bob. "Aku menyadarinya ketika kita meninggalkan pangkalan tadi."
"Apakah sebaiknya kita lakukan aksi ban kempis?"
Bob mengangguk setuju. Aksi ban kempis adalah hasil rekaan Jupe untuk menghadapi situasi semacam ini. Pete menghentikan sepedanya dan meloncat turun sementara Bob berputar dan menunggunya memeriksa bannya. Pete memeriksa jeruji roda dan menekan-nekan ban depannya beberapa kali, memeriksanya dengan seksama, memberi kesempatan kepada Bob untuk melihat dengan jelas mobil hitam yang misterius itu.
"Kurasa ia tahu," kata Bob muram. "Ia berbelok di persimpangan. Marilah berharap ini hanya kebetulan."

*****

Beberapa menit kemudian kedua anak itu tiba di sebuah jalan dengan pepohonan di tepinya. Pemandangan dari jalan itu sungguh mengagumkan, sebuah bangunan besar dari batu dengan banyak pilar marmer. Sebuah air mancur yang sangat besar dengan dua malaikat terdapat di depan museum. Spanduk-spanduk berbagai warna mengumumkan pameran yang sedang berlangsung. Bob sangat menyukai museum. Ia dan Jupe sering mengunjungi beberapa museum kala sedang tidak ada kasus. Sebaliknya, Pete lebih memilih olahraga daripada seni dan hanya berkunjung ke museum jika ada perlu. Jika tidak ada apa-apa ia lebih suka berselancar atau menonton bisbol dengan ayahnya. Pete tidak dapat menemukan sesuatu yang lebih membosankan daripada sebuah museum!
Sambil berjalan mendekati anak tangga besar berwarna putih yang menuju ke pintu depan, Bob berbisik kepada Pete.
"Pete, lihat!"
Pete menatap ke arah yang ditunjuk Bob. Leo Magellan berada di tempat parkir museum, sedang keluar dari mobilnya.
Sebuah sedan hitam!
Direktur museum itu memasukkan kunci ke dalam sakunya dan bergegas menuju pintu samping museum. Ia nampak sangat kesal dan sambil berjalan ia bergumam kepada dirinya sendiri.
"Aku ingin tahu, ke mana ia pergi sesore ini?" tanya Pete keras. "Apakah menurutmu itu mobil yang sama, Data?"
Bob ragu-ragu. "Sukar dikatakan. Mirip memang."
"Mari segera kita selesaikan tugas ini," desah Pete.
Bob mendorong sepedanya menuju tempat parkir dan mengeluarkan alat penjejak dari keranjang yang terdapat di sepedanya. Pete memarkir sepedanya dan berjalan menuju pintu depan museum. Pete berhenti di anak tangga teratas dan berbalik menatap Bob. Bob memberi senyum yang menenangkan dan jempol teracung. Pete menarik nafas panjang.
"Lakukan apa yang akan dilakukan Jupiter," katanya pada dirinya sendiri. Ia menekan tombol perekam pada alat perekam yang dibawanya dan memasuki museum.
Di dalam ruangan yang besar suasana begitu sunyi seperti sebuah kuburan. Tulang belulang seekor Tyrannousaurus Rex yang nampak ganas menatap Pete dengan lapar sementara Penyelidik Kedua mencari Leo Magellan. Remaja berbadan tinggi itu menelan ludah dan berjalan dengan cepat. Ternyata ia tidak perlu bersusah payah mencari direktur museum yang pemarah itu, ia cukup mengikuti pendengarannya. Dari suatu tempat di lantai dua terdengar suara Magellan berseru marah kepada seseorang, suaranya yang tinggi bergema di dalam museum.
Pegangan tangga yang terbuat dari kayu oak terdapat pada salah satu sisi tangga. Sambil mengusap keringat di dahi, Pete meraihnya dan mulai menaiki tangga.
"Anak-anak!" seru Magellan. "Pasti anak-anak yang telah melakukannya! Dan kau menganggap dirimu petugas keamanan!" Pete mengitari sebuah sudut dan melihat Leo Magellan menggoyang-goyangkan jarinya di hadapan seorang lelaki dengan seragam dan rambut terpotong pendek. Di pinggangnya tergantung sepucuk pistol. Magellan adalah seorang lelaki yang sangat pendek dengan alis lebat berwarna hitam. Ia berteriak-teriak kepada si petugas keamanan yang mukanya memerah.
"Kita harus segera mengganti tali pembatas dengan sesuatu yang lain untuk menjaga agar para perusak itu tidak mendekati barang-barang yang dipamerkan! Untuk apa kugaji kau?"
Pete mendengar si petugas keamanan menggeramkan suatu jawaban dengan marah. "Bukan waktu dinasku! Jensen yang berada di lantai ini semalam!"
Jensen!
Pete berpikir keras. Nama itu lagi! Pete berdehem dan mendekati direktur museum yang sedang marah itu.
"Maaf, sir," Pete memulai.
"Nah, ini pastilah salah seorang dari mereka! Tangkap dia!" seru Magellan. Petugas keamanan berbadan besar itu mulai melangkah ke arah Pete.
"Tolonglah, sir, saya hanya hendak menanyakan beberapa hal," katanya memohon.
"Lantai dua ini sudah di luar batas, nak. Kusarankan kau segera pergi sebelum aku memanggil polisi," kata si petugas keamanan. "Kecuali, tentu saja, jika kau datang untuk mengaku."
"Apakah ada yang merusak benda-benda museum, sir?" tanya Pete, berusaha bersikap sedewasa mungkin.
"Seolah-olah kau tidak tahu," dengus Magellan. "Zaman sekarang anak-anak nakal akan melakukan apapun demi kesenangan mereka!" keluhnya. "Tapi aku tidak mengerti mengapa ada orang yang sampai hati menggambarkan tanda tanya pada jambangan dari Dinasti Won dengan cat semprot! Museum harus mengeluarkan banyak biaya untuk memperbaikinya!" Magellan mengacungkan jarinya ke arah Pete. "Siapa namamu, nak?" serunya, matanya yang lebar menyipit. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Pete mulai berjalan mundur menuju tangga. Ia tidak suka arah pembicaraan ini. "Saya dengar se-- seruan ...," katanya tergagap. "Saya perlu bi-- bicara dengan Anda, sir."
Museum direktur yang pemarah dan petugas keamanan yang bertubuh besar itu mendekati Pete. Anak itu tidak membuang waktu lagi. Pete berbalik dan duduk di pegangan tangga yang terbuat dari oak dan meluncur turun sejauh lima meter ke lantai satu. Kakinya sudah mulai berlari sebelum menyentuh lantai.
Kedua lelaki itu berlari menuruni tangga mengejar Pete namun sementara itu Penyelidik Kedua yang atletis itu telah berada di luar pintu dan berlari menuju sepedanya.
"Bob!" panggilnya. "Data ... di mana kau?" Tapi Bob tidak nampak batang hidungnya. Pete bergegas menuju tempat mereka memarkir sepeda.
Sepeda Bob hilang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar