Sabtu, 08 September 2012

TRIO PENYAMAR VIII

BAB VIII 

TRIO PENYAMAR 


TIDAK ASING LAGI TERHADAP BAHAYA

Bob menyaksikan Pete memasuki museum, lalu berjalan ke arah sedan hitam milik Leo Magellan di tempat parkir. Ia hendak menaruh alat penjejak. Kira-kira sepuluh meter lagi Bob akan sampai ketika tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya dan sebuah suara kasar berbisik di telinganya, "Jangan ribut, nak, atau akan kupatahkan lehermu!"
Bob merasa tubuhnya diseret dengan kasar ke arah sebuah van tua berwarna putih. Van itu dipenuhi karat, pintu belakangnya terbuka seperti sebuah mulut yang lapar hendak menelan Bob! Ia meronta-ronta namun lelaki itu terlalu kuat. Putus asa, Bob menghentakkan dagunya ke atas dan menggigit tangan penyerangnya sekeras-kerasnya. Lelaki itu mengerang kesakitan. Bob berteriak sekuat-kuatnya.
"Tolong! Penculik! Tolong!"
Ia berusaha melepaskan diri. Namun penculiknya terlalu cekatan dan meremas pergelangan tangan Bob seperti penjepit. Bob meringis kesakitan.
Ia hanya punya beberapa detik untuk menyusun rencana. Seperti biasa ia berusaha memikirkan apa yang akan dilakukan Jupe jika berada dalam situasi yang sama. Tanpa ragu-ragu, Bob melemaskan tubuhnya dan berpura-pura pingsan, ia melorot ke jalan. Diam-diam ia menempelkan alat penjejak ke bemper van itu dan mengaktifkannya. Ia dan Pete sering kali menggoda Jupe karena ia terlalu pintar namun mereka sering kali pula harus berterima kasih atas penemuan-penemuan Jupe.
Ketika penculiknya meraih bajunya dan melemparkannya dengan kasar ke bagian belakang van, Bob berusaha mengintip wajah penyerangnya melalui kelopak matanya. Pria misterius itu mengenakan masker ski namun Bob dapat melihat bahwa tubuhnya besar dan berotot.
Pintu dibanting hingga tertutup dan Bob berada di dalam kegelapan di dalam van. Ia dapat merasakan bahwa ia terbaring di atas terpal dan ada beberapa kotak yang sepertinya berisi peralatan di sekitarnya. Detektif yang bertanggung jawab atas catatan dan riset itu bergegas meraba-raba isi kotak-kotak itu, berusaha mencari sesuatu untuk digunakan sebagai senjata atau alat pencongkel pintu.
Ia hanya dapat berharap bahwa Pete akan melihat jejak yang ditinggalkannya dan menebak apa yang telah terjadi. Tapi Bob segera menyadari bahwa Pete akan mencari jejak dari mobil Magellan. Bob merasa panik. Mungkinkah Pete mengetahui bahwa Bob telah menempelkan alat penjejak pada mobil yang lain? Ia memaksakan dirinya untuk tenang. Jupe selalu mengatakan bahwa kehilangan akal sehat dalam situasi tertekan adalah hal paling buruk yang bisa dilakukan seseorang!
Tetap tenang adalah kuncinya. Dan lagipula, Bob Andrews tidak asing lagi terhadap bahaya. Ini bukanlah kali pertama ia terjebak. Sebelum ini ia selalu berhasil keluar dari situasi bahaya dan ia akan keluar dari yang saat ini dihadapinya pula ... seandainya saja ia bisa tetap tenang.
Setelah berhasil meyakinkan dirinya, Bob kembali mencari-cari dengan sikap yang berbeda. Tangannya menemukan suatu alat yang terasa seperti sebuah kunci pas besar. Ia merasa bisa tersenyum. Nanti jika penjahat itu membuka pintu, ia akan mendapatkan kejutan besar!
Bob merasa van itu melambat. Hatinya berdebar kencang. Mobil itu terasa mendaki, kembali ke posisi rata, dan berhenti. Bob mendengar pintu terbuka dan tertutup kembali, kemudian langkah-langkah menuju pintu belakang van. Ia menggenggam senjatanya erat-erat dan bersiap untuk bertempur!
Pintu van itu tiba-tiba terbuka dan cahaya terang menimpa mata Bob ketika ia mengayunkan senjatanya sambil keluar.
Namun Bob merasa hatinya mengkerut ketika melihat bahwa penculiknya mempunyai refleks secepat kilat dan menguasai suatu ilmu bela diri.
Penculik itu menangkap kunci pas yang terayun dengan tangan kosong dan merampasnya dari genggaman Bob hampir-hampir tanpa usaha. Kemudian kakinya terayun seperti kilat dan menyapu kaki Bob. Bob terjatuh berdebam, nafasnya serasa terputus.
Selagi ia berusaha menarik nafas, ia menyadari sesuatu. Orang ini sangat kecil. Orang yang menculiknya bertubuh besar dan berotot. Pasti ini rekannya!
Setelah matanya terbiasa akan cahaya, ia melihat bahwa ia berada di sebuah garasi di depan sebuah gudang yang terbengkalai. Cahaya matahari lenyap ketika pintu garasi yang besar tertutup. Seorang lelaki Asia bertubuh kecil, kira-kira setinggi Bob, berdiri di hadapannya. Lelaki itu mengenakan pakaian hitam, ia menyeringai keji, menampakkan gigi-gigi yang kuning dan tidak rata.
"Kupu-kupu terjebak di sarang laba-laba," katanya dengan bahasa Inggris yang buruk. "Kini kita menunggu laba-laba untuk kembali." Lelaki Asia itu tertawa kejam dan mendorong Bob melalui suatu koridor ke sebuah ruangan kecil dengan tulisan "Kantor" di pintunya. Ruangan itu benar-benar kosong.
Si pria Asia menggenggam pundak Bob, membuatnya berhenti. Tanpa berkata-kata ia meletakkan sebuah kaleng cat semprot ke dalam genggaman Bob dan dengan cepat menariknya kembali. Bob lalu didorong masuk dengan kasar ke dalam ruangan itu, pintu terbanting tertutup di belakangnya. Bob tidak perlu lama-lama berpikir untuk menyadari mengapa si pria Asia memberinya sebuah kaleng cat semprot dan mengambilnya lagi. Dinding-dinding ruangan itu penuh dengan lukisan cat semprot. Tepatnya, tanda tanya! Dan kini sidik jarinya ada di kaleng cat!
Bob Andrews menyadari sulitnya situasi yang dihadapinya dan tanpa membuang waktu lagi mulai memeriksa tempat ia terkurung. Dinding ruangan itu menjulang ke langit-langit setinggi lima meter. Satu-satunya jendela terletak tiga meter di atas lantai, di luar jangkauan Bob. Lantainya sendiri dari beton dan tanpa retakan. Sepertinya tiada harapan bagi Bob dan ia terduduk di lantai, merasa kalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar